Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Menjaga Hutan Bersama untuk Cegah Dampak Perubahan Iklim Memburuk

Hutan dan mitigasi perubahan iklim

Sekitar tahun 2016, saya dan seorang teman pernah berkunjung ke Tanjung Emas. Sebuah pelabuhan di Semarang bagian utara. Awalnya saya takjub dengan pemandangan berbagai deretan kapal yang unik, hingga bapak pemandu wisata menunjukkan kami sebuah realita di pesisir utara Semarang.

Beliau menunjukkan banjir rob yang sering luber ke jalanan dekat situ akibat permukaan tanah sekitarnya sudah mulai turun. Hujan sedikit saja sudah bisa membuat jalanan di sekitar situ banjir.

Kontras dengan kondisi kota Semarang bagian utara, bagian pesisir utara kota Surabaya  sejak beberapa tahun terakhir juga sering mengalami banjir rob. Menurut Pak Nasrullah yang tinggal di sekitar pesisir utara Surabaya, banjir rob biasanya terjadi sangat jarang, paling setahun sekali.

Namun, sudah beberapa tahun belakangan ini banjir rob lebih sering terjadi di wilayah Pak Nasrullah. Dalam setahun bisa sampai 3-4 kali bisa terjadi banjir rob saat hujan atau cuaca buruk. Penurunan tanah juga mulai terlihat secara nyata di kawasan pesisir utara Surabaya.

Ada apakah dengan pesisir utara Semarang dan Surabaya?

Penurunan tanah serta banjir rob di kedua kota itu adakah salah satu potret nyata dampak buruk perubahan iklim yang pernah saya temui secara langsung. Selain itu juga sudah banyak indikator dampak perubahan iklim yang terjadi di Indonesia. Apa sajakah itu? Yuk, kita bahas bareng-bareng!


Tak Melulu Soal Cuaca Panas, Dampak Perubahan Iklim Sudah Sejauh Ini, Lo!

Mungkin banyak yang mengira bahwa perubahan iklim hanya identik dengan cuaca panas yang saat ini bisa mengancam kesehatan. Ternyata, dampak nyata dari perubahan iklim tidak sesederhana orang berkata, “cuaca sekarang kok panasnya semakin nggak wajar, ya?

Sudah banyak alarm dari alam yang muncul di Indonesia akibat perubahan iklim. Mulai dari penurunan tanah pesisir utara Jawa, banjir rob, badai siklon tropis seroja, hingga mencairnya salju abadi di puncak Jaya Wijaya.

Pesisir Utara Jawa dalam Ancaman Tenggelam

Dilansir dari Kompas, menurut Ira Mutiara Anjasmara selaku Dosen Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya utara telah mengalami penurunan tanah 4 cm per tahun. Penurunan tanah ini ternyata juga terjadi di wilayah utara Semarang dan Jakarta.

Dampak perubahan iklim
Banjir rob pesisir utara Surabaya (sumber: Antara)

Penurunan tanah yang menjadi penyebab banjir rob juga dipengaruhi oleh perubahan iklim. Pencairan es di wilayah kutub menyebabkan kenaikan permukaan laut. Oleh karena itu, wilayah pesisir utara Jawa, termasuk Semarang dan Surabaya saat ini menghadapi ancaman tenggelam akibat perubahan iklim.

Badai Siklon Tropis Seroja di NTT

Tahun 2021 menjadi tahun duka bagi warga NTT setelah serangan badai siklon tropis Seroja yang menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor. Kelihatannya seperti bencana alam biasa, bukan? Nyatanya, badai siklon tropis Seroja di NTT adalah bukti dari pengaruh perubahan iklim.

Dampak perubahan iklim
Kerusakan akibat badai siklon tropis Seroja (sumber: Berita Satu)

Badai siklon tropis biasanya terjadi di wilayah yang terletak di atas 10 derajat LU dan 10 derajat LS. Sementara itu, NTT terletak di wilayah 8 derajat LS. Ditambah lagi, perubahan iklim menyebabkan suhu air laut meningkat. Hal ini menunjukkan anomali siklon tropis yang jarang terjadi di negara tropis seperti Indonesia.

Cairnya Salju Abadi di Puncak Jaya Wijaya

Indonesia memiliki kebanggan tersendiri dengan adanya salju abadi di puncak Jaya Wijaya. Suatu fenomena keajaiban alam yang hadir di negara tropis.

Sayangnya, julukan salju abadi itu mungkin akan segera hilang karena luasan salju di gunung Jaya Wijaya saat ini hanya tersisa seluas 2 km persegi atau 1% dari luasan semula 200 km persegi. Bahkan, salju abadi tersebut akan diprediksi hilang pada tahun 2050.

Dampak perubahan iklim
Salju abadi puncak Jaya Wijaya tinggal sedikit (sumber: phinemo.com)

Hal ini diakibatkan suhu bumi yang semakin meningkat akibat pemanasan global. Sadar, nggak, sih? Dampak perubahan iklim sudah sejauh bisa mencairkan salju abadi yang dulu katanya nggak akan pernah mencair.


Hutan, Solusi Ampuh Cegah Dampak Perubahan Iklim Memburuk

Wah, seram juga, ya, dampak dari perubahan iklim. Salju abadi saja sampai bisa dicairkan, apalagi es yang ada di freezer kulkas, auto leleh dalam hitungan menit.

Bisa, nggak, sih, perubahan iklim itu dicegah agar dampaknya tidak semakin buruk?

Jawabannya bisa. Bahkan, Indonesia sebenarnya punya solusi ampuh untuk mencegah perubahan iklim semakin memburuk. Ya, Indonesia punya hutan yang sangat luas, pelindung anugerah Tuhan yang bisa meredam dampak perubahan iklim secara berkelanjutan.

Hutan Indonesia yang Istimewa

Secanggih-canggihnya teknologi buatan manusia untuk memerangi perubahan iklim, tak ada yang bisa menyamai kekuatan Hutan dalam memerangi perubahan iklim.”

Saya pernah bekerja sebagai peneliti, berusaha membuat material yang bisa menyerap gas penyebab polusi udara. Biaya yang dikeluarkan untuk penelitian itu tidak kecil, kalau dihitung sangat cukup untuk merawat atau menanam puluhan hingga ratusan.

Namun, sebagian besar hasil dari penelitian itu tak pernah bisa menyamai kemampuan 1 pohon dalam menyerap karbon. Mungkin hanya sekitar ¼ - ⅕ dari kemampuan 1 pohon dalam menyerap karbon.

Dari berbagai pengalaman melakukan penelitian, lalu belajar kembali dalam menyelami perubahan iklim, saya sadar satu hal penting. Sesuatu yang selama ini luput dari pandangan saya sebagai seorang ilmuwan.

Kenapa tidak fokus untuk pelestarian hutan saja yang sudah jelas kemampuannya dalam mitigasi perubahan iklim daripada mencari solusi lain yang belum pasti jawabannya?”

Hutan di Indonesia sangatlah istimewa. Terkenal di kalangan aktivis luar negeri, tapi banyak dilupakan oleh penduduk negaranya sendiri. Kalau tidak percaya, yuk, kenalan lagi lebih dekat dengan hutan Indonesia.

  • Hutan hujan tropis di Indonesia memiliki luas terbesar ketiga di dunia, paru-paru dunia yang menyediakan sumber oksigen
  • Memiliki megabiodiversitas terkaya nomor dua di dunia untuk menjaga stabilitas iklim, kestabilan siklus air, dll.
  • Hutan Indonesia memiliki lahan gambut terluas di dunia, penyerap karbon terbaik untuk atasi perubahan iklim

Manfaat Hutan untuk Mitigasi Perubahan Iklim

Hutan untuk mitigasi perubahan iklim

Hutan juga memiliki peran penting dalam pencegahan dampak perubahan iklim agar tidak semakin memburuk atau mitigasi perubahan iklim. Masih ingat, nggak, cerita tentang Masyarakat Adat yang begitu menjaga hutan?

Nah, salah satu alasannya adalah karena hutan memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai pelindung dari dampak negatif perubahan iklim. Berikut ini adalah manfaat hutan untuk mitigasi perubahan iklim.

  • Peredam polusi udara: hutan tropis Indonesia mampu menyerap emisi gas karbon hampir 2,4 miliar ton per tahun yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti naik kendaraan berbahan bakar minyak, memasak, industri, dll.
  • Supermarket penuh makanan: hutan juga bisa menyediakan bahan makanan lezat yang tumbuh secara alami jika suatu saat kamu kelaparan karena para petani padi sering gagal panen.
  • Filter alami air bersih: hampir ⅓ kota besar di dunia  mendapatkan sumber air bersih dari hutan karena secara alami ekosistem hutan akan membentuk sistem penyaringan air.
  • Sumber oksigen: pepohonan di hutan merupakan sumber penghasil oksigen gratis yang melimpah ruah.
  • Pendingin alami: selain bisa menyerap gas emisi karbon dari polusi udara, hutan juga bisa mendinginkan hatimu #eh, maksud saya mendinginkan bumi karena melepaskan semacam senyawa organik untuk menciptakan aerosol, membentuk semacam awan untuk memberikan efek dingin (Lawrence, 2022).

Urgensi Menyuarakan Aksi Melestarikan Hutan

Akan tetapi, dibalik keistimewaan hutan di Indonesia, masih banyak orang di luar sana yang belum aware dengan isu pelestarian hutan untuk mitigasi perubahan iklim. Berdasarkan hasil survei tim Hutan Itu Indonesia (HII) tahun 2017, sebanyak 82,7% responden menyatakan prihatin dengan kondisi hutan Indonesia. Dari prosentase tersebut, hanya 27,3% yang paham bahwa apa yang terjadi di hutan adalah ulah manusia itu sendiri.

Selain hasil survei dari HII, minimnya penyebaran edukasi tentang hutan sebagai mitigasi perubahan iklim menyebabkan masyarakat kota kebanyakan tidak paham. Saya pun awalnya juga begitu. Untungnya di era digital saat ini, sudah  banyak komunitas, serta lembaga yang mulai merambah media sosial sebagai media penyebaran edukasi.

Online gathering #ecobloggersquad

Contohnya seperti kegiatan Online Gathering #EcoBloggerSquad yang saya ikuti bersama Kak Tian dari HII dan Kak Azizah dari perwakilan UMKM produk hutan. Di sini kami ngobrol masalah perubahan iklim, urgensi kampanye hutan sebagai solusi perubahan iklim, dan pengembangan produk lokal hasil hutan bukan kayu.


Peran Komunitas untuk Jaga Hutan

Dari hasil pembicaraan dalam Online Gathering Eco Blogger Squad tanggal 29 Mei 2023 lalu, ada beberapa kesimpulan yang bisa saya jabarkan mengenai peran komunitas untuk jaga hutan dalam mitigasi perubahan iklim:

1. Menjaga Kelestarian Hutan

Pertama tentu saja peran komunitas sangat penting dalam menjaga kelestarian hutan. Sebagai contoh Pak Nasiun bersama warga Desa Air Tenam, Bengkulu Selatan, aktif menjaga wilayah hutan seluas 1.677 hektar di desanya. Setiap pohon duren yang ada di wilayah hutan desa tersebut mampu menyerap sekitar 1,42 ton CO2/tahun.

2. Patroli Kerusakan Hutan

Ranger Hutan
Ranger hutan Mpu Uteun (sumber: Mongabay)

Masih ingat dengan profesi ranger hutan yang pernah saya bahas di blog ini? Ranger hutan wanita pertama di Indonesia yang diberi nama Mpu Uteun aktif patroli di hutan Damaran Baru, Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Keberadaan mereka sangat krusial dalam mempertahankan wilayah hutan agar tak dirusak oleh pihak tak bertanggung jawab.

3. Kolaborasi untuk Edukasi

Peran komunitas selanjutnya dalam aksi jaga hutan adalah kolaborator untuk edukasi manfaat hutan dalam mitigasi perubahan iklim. Tanpa kolaborasi, pesan untuk jaga hutan tak akan bisa tersampaikan secara utuh. Misalnya dalam acara Online Gathering EBS kemarin merupakan hasil kolaborasi dari Eco Blogger Squad, Hutan Itu Indonesia, Blogger Perempuan, dan Kabupaten Lestari.

4. Support System Konservasi dan Restorasi Hutan

Salah satu peran Hutan Itu Indonesia (HII) berdasarkan kak Tian adalah support system dalam konservasi dan restorasi hutan. Media yang digunakan sebagai support system berupa kampanye di media sosial, donasi, adopsi hutan, kolaborasi mitra, dll.

Sampai saat ini HII memiliki 24 Kelompok pemuda, 22 kawasan hutan untuk konservasi dan  restorasi. Luas kawasan hutan mencapai 10 ribu hektar yang dikelola oleh 8 mitra organisasi.

5. Inovasi Produk Lokal Lestari dari Hutan

Selain edukasi, kolaborasi, dan kampanye, ada juga sektor UMKM produk lokal lestari dari hutan seperti kain gambo. Kain yang dijadikan batik dengan pewarna gambir dari hutan Musi Banyuasin ini punya warna khas dan desain unik.

Harganya memang relatif mahal karena pembuatan kain gambo dilakukan secara manual, langsung dengan tangan pengrajin batik jumput, dan menggunakan pewarna alami. Kak Azizah juga memaparkan bahwa memang sasaran kain gambo ini lebih ke orang-orang yang bisa menghargai karya seni, serta suka produk ramah lingkungan.

Kain Gambo Musi Banyuasin
Scraft kain gambo (sumber: instagram @geraikabupatenlestari)

Namun, ada juga produk dengan harga terjangkau seperti lanyard, kotak pensil, scarf, masker, dll.Saya sendiri juga mengincar scarf kain gambo yang dibanderol dengan harga 80k saja.

Harusnya, sih, kain gambo bisa go international dan disejajarkan dengan merek mahal yang katanya juga hasil buatan tangan pengrajin. Yuk, kita viralkan produk lokal lestari seperti kain gambo ini! Kalau kamu merasa sultan, bisa banget langsung beli kain gambo tanpa mikir harganya berapa, hihihi…


5 Aksi Mudah Jaga Hutan dari Kota

Buat penduduk kota yang belum pernah merasakan masuk ke hutan seperti saya, tenang saja. Masih ada jalan lain untuk menjaga hutan dari kota. Kita bisa melakukan 5 aksi mudah jaga hutan dari kota.

5 aksi jaga hutan dari kota

1. Cerita tentang Hutan

Hobi membuat konten dengan tulisan? Foto? Video? Kamu bisa cerita tentang hutan lewat konten yang kamu buat. Setelah itu sebarkan kontenmu lewat media sosial agar banyak teman atau followermu tahu.

2. Wisata ke Hutan

Buat kamu yang hobi jelajah alam atau traveling, aksi satu ini sangat cocok untukmu. Cuma wisata ke hutan aja sudah bisa turut serta dalam aksi jaga hutan dari kota.

3. Donasi Adopsi Hutan

Kamu pekerja kantoran atau malas ribet membuat konten atau wisata ke hutan? Cukup sisihkan sedikit gajimu untuk donasi adopsi hutan lewat hutanitu.id. Gampil, bukan? No ribet-ribet club.

4. Konsumsi Hasil Hutan Bukan Kayu

Nah, kalau aksi satu ini cocok buat kamu yang hobi makan atau kulineran. Beli produk hasil hutan bukan kayu seperti madu hutan, kopi, durian hutan, dan masih banyak lagi. Bisa intip produk dari hutan lewat instagram @geraikabupatenlestari atau laman hutanitu.id.

5. Merayakan Hari Hutan

Dulu saat masih sekolah, saya selalu bersemangat dengan peringatan Hari Pahlawan. Maklum, Surabaya terkenal dengan sejarah Peristiwa 10 Nopember 1945 yang heroik. Adanya peringatan Hari Pahlawan menjadikan saya memiliki jiwa nasionalis yang cukup kuat. Mungkin karena sudah sejak kecil terbiasa untuk memperingati Hari Pahlawan.

Nah, sama dengan peringatan Hari Pahlawan, kamu juga bisa menjaga hutan dengan merayakan Hari Hutan. Menurut Kak Tian, selebrasi Hari Hutan diperlukan untuk membentuk semacam pengingat bahwa Indonesia juga punya hutan yang hebat, lo. Pahlawan garda terdepan dalam mitigasi perubahan iklim.


Penutup

Dampak perubahan iklim di Indonesia saat ini sudah mencapai level yang membutuhkan perhatian khusus dari seluruh warga Indonesia. Terutama dalam hal menjaga hutan agar tetap lestari. Sebab hutan memiliki peran krusial dalam pencegahan dampak perubahan iklim agar tak semakin memburuk.

Peran komunitas untuk jaga hutan sangat penting dalam mitigasi perubahan iklim. Terutama sebagai media edukator ke masyarakat luas agar lebih aware dengan isu hutan dan perubahan iklim. Edukasi tentang hutan harus selalu digaungkan agar lebih banyak masyarakat yang waspada terhadap perubahan iklim.


Referensi

  • https://hutanitu.id/
  • Lawrence D, Coe M, Walker W, Verchot L and Vandecar K (2022) The Unseen Effects of Deforestation: Biophysical Effects on Climate. Front. For. Glob. Change 5:756115. doi: 10.3389/ffgc.2022.756115
  • Zoom Meeting #EcoBloggerSquad. (2023). Peran Komunitas untuk Menjaga Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim.

37 komentar

37 komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi
  • KenniApril
    KenniApril
    16 Juni 2023 pukul 14.43
    Sekarang justru hutan dialihfungsikan untuk perkebunan dan pembangunan lainnya. Miris sekali.
    Reply
  • Simiati257
    Simiati257
    10 Juni 2023 pukul 11.25
    Bener mbak, kalau bukan mulai dari Sndiri tidK akan pernah bisa buat melestarikan lingkungan kita
    Reply
  • timduniamasak
    timduniamasak
    8 Juni 2023 pukul 09.48
    aku mau ikut menjaga hutan bersama teman-teman ku dari generasi milenial :D
    Reply
  • Happy
    Happy
    7 Juni 2023 pukul 21.00
    memang ya kalau bukan dari kita sendiri yang jaga mau siapa lagi. informasi kayak gini tuh bermanfaat banget supaya kita juga bisa jadi lebih aware lagi sama alam dan lingkungan sekitar
    Reply
  • atiq - catatanatiqoh
    atiq - catatanatiqoh
    7 Juni 2023 pukul 17.19
    memang penting banget peran hutan ya, baru terasa saat hutan mulai berkurang keberadaannya :( semog kita bisa jadi penerus yang bertanggung jawab untuk alam
    Reply
  • Hamimeha
    Hamimeha
    7 Juni 2023 pukul 11.04
    Hutan ini memang jantungnya dunia. Sedih kali ketika hutan makin berkurang dari waktu ke waktu. Terima kasih atas edukasinya y mbak.. reminder buat kami agar lebih aware
    Reply
  • Uniek Kaswarganti
    Uniek Kaswarganti
    7 Juni 2023 pukul 10.17
    Sedih banget ya melihat berbagai bencana yang terjadi di sekitar kita. Saya sebagai penduduk asli Semarang merasa miris dengan terjadinya rob yang tak berkesudahan di wilayah sekitar pantai. Kasihan penduduk yang tinggal di sana. Sudah darurat banget bagi umat manusia untuk makin mendukung gerakan cinta lingkungan dan penghijauan agar kejadian seperti ini tidak berlarut-larut.
    Reply
  • Juwita
    Juwita
    7 Juni 2023 pukul 10.04
    Ish cantiknya ya. Banyak cara ya mendukung pelestarian hutan. Salah satunya melalui kain
    Reply
  • Dyah Kusumastuti Utari
    Dyah Kusumastuti Utari
    7 Juni 2023 pukul 09.25
    saya kok jadi ikutan tertarik kain gambonya ya, warnanya bagus, produk hasil hutan banyak ya selain kayu, kalau kayunya yang banyak diambil jadi gundul dong hutannya, mengoptimalkan hasil hutan lainnya selain kayu
    Reply
  • Shalikah
    Shalikah
    7 Juni 2023 pukul 09.21
    Baca tulisan Mbak jadi mengingatkan saya tentang pegunungan Jayawijaya yang bersalju. Rasanya fakta ini memang sudah tak pernah lagi saya dengar, mungkin karena memang luasnya yang hanya tinggal 2km itu ya. Memang melestarikan hutan dan alam sekitar sesungguhnya tugas semua manusia ya, bukan hanya sebagian saja.
    Reply
  • Mutia Erlisa Karamoy
    Mutia Erlisa Karamoy
    7 Juni 2023 pukul 08.11
    Perubahan iklim memang makin lama makin mengkhawatirkan, bahkan dampaknya perlahan sudah mulai kita rasakan dan untuk itu perlu langkah nyata dari masyarakat terutama keluarga untuk ikut mendukung aksi menjaga sumber udara bersih dari pepohonan di hutan.
    Reply
  • lendyagasshi
    lendyagasshi
    7 Juni 2023 pukul 01.24
    Menjaga hutan ini udah seharusnya menjadi kewajiban kita semua sih ya.. sebagai penghuni bumi.
    Bukan hanya para ranger hutan, masyarakat adat dan orang yang tinggal di dekat hutan aja, tapi kita yang tinggal di kota, juga bisa turut ambil bagian menjaga hutan Indonesia.

    Yuk, bergerak bersama.
    Reply
  • lendyagasshi
    lendyagasshi
    6 Juni 2023 pukul 23.06
    Terasa sekali dengan adanya cuaca ekstrem dan banyak anomali yang terjadi di sekitar kita ini seharusnya kita sudah mulai bisa aware. Tapi banyak yang abai karena tinggal di wilayah perkotaan, jauh dari hutan. Semoga langkah yang kita lakukan saat ini untuk menjaga hutan menjadi gerakan masif yang dilakukan secara bersama-sama dan berkelanjutan.
    Reply
  • Erin Herlina
    Erin Herlina
    6 Juni 2023 pukul 22.50
    Perubahan iklim ini memang dampaknya sudah terasa dih. Misalnya banjir rob di berbagai wilayah di Pantai Utara Jawa, juga salju abadai di Gunung Jaya Wijaya. Solusi untuk ini ya jawabannya Hutan.
    Reply
  • Eka FL
    Eka FL
    6 Juni 2023 pukul 22.28
    aku jadi ngebayangin, seandainya ibukota beneran dibangun di tanah kalimantan sementara kita tahu apa arti kalimantan bagi stok oksigen dunia....ngeri sih ngebayanginnya. karena, bukan hal yang mustahil kalau kalimantan bakal seperti tanah jawa yang hutannya GONE sebagian besar. meski gak berkorelasi sama artikel ini tapi aku sih berharap ibukota gak di kalimantan. karena fungsi hutan kalimantan segitu pentingnya gak hanya karena terkait oksigen, tapi juga ekosistem yang ada di dalamnya, tumbuhan, hewan dan masyarakat adatnya.

    btw, jadi pengen deh ikut majuin industri craft ramah lingkungan se[erti kain gambo ini.
    Reply
  • Dian Restu Agustina
    Dian Restu Agustina
    6 Juni 2023 pukul 22.16
    Setuju produk lokal lestari seperti kain gambo ini mesti diviralkan..cantik banget ini, 80 rb saja harga scarfnya.
    Yup, edukasi menjaga hutan mesti terus digaungkan untuk kelestariannya ke depan
    Reply
  • Auliya Nurrahman
    Auliya Nurrahman
    6 Juni 2023 pukul 21.29
    Salfok banget sama ranger hutannya, ternyata ada yaaaa... baru tahu aku hihihihi
    Reply
  • Dee_Arif
    Dee_Arif
    6 Juni 2023 pukul 20.54
    Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk bersama sama menjaga hutan ya mbak
    Aku juga pernah donasi hutan, sbg upaya kepedulian terhadap hutan
    Reply
  • Han
    Han
    6 Juni 2023 pukul 20.21
    Keren kak Anggi :((
    Aku syokk kalo penelitan untuk bisa memunculkan sesuatu yang bisa menyamai 1 pohon itu ternyata ngga berhasil. Emang gimana pun kita tuh harus kembali ke alam, kembali ke hutan dan membuatnya berfungsi :((
    Secanggih-canggihnya teknologi buatan manusia untuk memerangi perubahan iklim, tak ada yang bisa menyamai kekuatan Hutan dalam memerangi perubahan iklim << ketampar banget ngga tuh
    Reply
  • Rahmah 'Suka Nulis' Chemist
    Rahmah 'Suka Nulis' Chemist
    6 Juni 2023 pukul 20.17
    Enggak kebayang kalau iklim makin memburuk padahal efek iklim berubah drastis bisa sangat dirasakan sekarang seperti tak tahu apalagi yang harus dikeluhkan
    Reply
  • Witri Prasetyo Aji
    Witri Prasetyo Aji
    6 Juni 2023 pukul 19.31
    Setuju banget sih, mari sama-sama menjaga hutan. Aku sedih kalau dengar berita kebakaran hutan atau hutan berganti jadi lahan sawit dan yang lainnya, dan jujurly rindu banget sama cuaca zaman dulu, lebih adem enggak sepanas sekarang.
    Reply
  • Donasaurus
    Donasaurus
    6 Juni 2023 pukul 19.10
    Setuju,aku sampe kaget liat rob yang merendam kawasan perumahan yang deket Marina semarang itu.Beneran gak kebayang kerugian masyarakat di sana.Nah,aku juga mau cerita dikit tentang jumputan Gambo.Gambo itu nama lokal untuk gambir.Jadi kain ini diwarnai dari daun gambir yang jadi limbah dalam proses pembuatan gambir.Semoga bisa melengkapi informasi tentang pelestarian hutan
    Reply
  • Hamimeha
    Hamimeha
    6 Juni 2023 pukul 18.38
    Sepakat banget bahwa secanggih apapun buatan manusia tidak akan pernah menandingi kekuatan hutan.

    Ya allah berharap makin banyak yg aware dan peduli.
    Reply
  • Esy Kanastari
    Esy Kanastari
    6 Juni 2023 pukul 18.35
    Terima kasih banyak untuk tulisannya yang sangat menginspirasi ini, ya, Kak. Senang banget baca tipsnya supaya kita yang lebih sering tinggal di kota juga bisa membantu menjaga kelestarian hutan lewat hal-hal yang sederhana.
    Reply
  • Eri Udiyawati
    Eri Udiyawati
    6 Juni 2023 pukul 18.34
    Kita yang jauh dari hutan juga bisa berkontribusi untuk mencegah perubahan iklim dan menjaga hutan, ya.
    Reply
  • Fenni Bungsu
    Fenni Bungsu
    6 Juni 2023 pukul 15.16
    Perubahan iklim ini memang sudah mengkhawatirkan ya kak. Apalagi tadi melihat berita kondisi udara di Jakarta kurang baik buat kesehatan. Harus gerak cepat ini agar keadaan kembali membaik
    Reply
  • Didik Purwanto
    Didik Purwanto
    6 Juni 2023 pukul 14.38
    Bener banget kak. Kita emang kurang banget melestarikan hutan. Adanya hutan semen dan beton. Hehe. Cuaca kini makin panas. Polusi di mana-mana. Kalo kayak gini mah mempercepat kiamat sih. Mana sumber air makin tipis. Tapi di kota malah kebanjiran dan minim.air bersih.
    Reply
  • Ayah Ugi
    Ayah Ugi
    6 Juni 2023 pukul 13.25
    Mirisnya saat ini banyak lahan hutan yang sudah beralih fungsi lahan, jadinya jumlah pepohonan semakin berkurang, sebaliknya dampak buruknya semakin bertambah. Perlu perhatian bersama dan ketegasan dari pemerintah juga
    Reply
  • Nabilla DP
    Nabilla DP
    6 Juni 2023 pukul 12.21
    saya tinggal di surabaya mba, bersyukur di sini ada hutan tengah kota dan beberapa taman juga.. jadi sangat menyenangkan untuk dikunjungi serta untuk bermain bersama anak2
    Reply
  • Sabrina
    Sabrina
    6 Juni 2023 pukul 08.28
    Tugas kita bersama untuk menjaga hutan Indonesia, mari berpegangan tangan bersama agar hutan kita pulih kembali dan tetap lestari
    Reply
  • Yonal Regen
    Yonal Regen
    6 Juni 2023 pukul 08.01
    Tak terbayangkan bagaimana jadinya Indonesia tanpa hutan
    Kita memang harus banyak-banyak bersyukur dengan luas hutan yang Indonesia miliki, namun juga yang terpenting adalah kita ikut andil untuk menjaganya bersama-sama, jangan sampai hutan punah, karena berarti kita mengundang malapetaka untuk keberlangsungan hidup
    Reply
  • Bambang Irwanto
    Bambang Irwanto
    6 Juni 2023 pukul 05.54
    Perubahan iklim memang sudah masuk tahap ekstrim ya, Mbak. Ini dari matahari yang semakin terik yang membuat semakin panas. Dampaknya perubahan iklim tidak hanya pada kesehatan, tapi juga berdampak lainnya. Makanya hutan harus terus dijaga, termasuk aktivitas kita yang mendukung kelestarian alam.
    Reply
  • Lintang
    Lintang
    6 Juni 2023 pukul 05.12
    Pantesan sering banjir rob, lha di Sby terjadi penurunan tanah 4cm/ tahun. Haduh ini mah gaswattt. Bener lho kita harus mengamnil peran menjaga hutan karena ngga ada yang bisa menggantikan peran hutan memerangi perubahan iklim.
    Reply
  • HendraDigital
    HendraDigital
    5 Juni 2023 pukul 19.22
    Enggak kebayang kalo salju abadi akan benar-benar cair tak tersisa. Bumi tentu semakin panas. Semoga saja pelestarian alam bisa membantu menjaga manusia dari bencana alam yang dahsyat.
    Reply
  • Tukang Jalan Jajan
    Tukang Jalan Jajan
    5 Juni 2023 pukul 18.38
    Hutan salah satu penjaga keseimbangan ekosistem di bumi. sebagai paru paru dunia dan perlu dijaga supaya tetap bisa dinikmati oleh anak cucu. Perlu segera sih ini!
    Reply
  • Aisyah Dian
    Aisyah Dian
    5 Juni 2023 pukul 17.10
    setuju sekali kak kita harus menjaga hutan agar tetap lestari. Sebab hutan memiliki peran krusial dalam pencegahan dampak perubahan iklim agar tak semakin memburuk ya
    Reply
  • Friska Julia
    Friska Julia
    4 Juni 2023 pukul 16.10
    Kain gambonya bagus. Warnanya natural seperti warna kayu-kayu hutan. Semoga produknya bisa go internasional.
    Reply