Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Cerita Liburan Penuh Kejutan ke Desa Mbah Buyut: Sensasi Naik Mobil yang Diderek

Minggu lalu, kami sekeluarga liburan ke desa Mbah Buyut si kecil yang ada di daerah Kertosono. Mbah buyut si kecil merupakan bapak dari ibuk. Usianya masyaAllah sudah 100 tahun lebih, tapi bisa dibilang seperti usia 80 an.

Saat ini Mbah Buyut tinggal bersama salah satu anaknya yang aku panggil Pakpoh Jono. Biasanya kami hanya pulang saat lebaran. Namun, karena ada rezeki lebih kami putuskan untuk mengunjungi rumah Mbah Buyut yang juga pernah jadi rumah masa kecilku sebelum ke Surabaya.

Liburan kali ini sedikit berbeda karena banyak kejutan-kejutan kecil dari Allah SWT yang menjadikan perjalanan kali ini banyak cerita. Mulai dari merasakan sensasi mobil mogok di jalan tol yang berujung harus diderek, hingga merasakan manisnya berbagai hasil kebun Mbah Buyut. 

Truk derek

Kejutan di Tengah Perjalanan, Sensasi Naik Mobil yang Diderek

Mobil rental yang kami naiki awalnya baik-baik saja. Sudah dilakukan cek dan sebagai macamnya oleh teman ibuku sebelum berangkat. Mobil pun berjalan lancar dan mulus, sampai di jalan tol tiba-tiba terdengar bunyi letupan keras.

"Allahu Akbar!" Teriak suami dan teman ibuku.

Awalnya mereka mengira ada ban yang bocor. Setelah mobil menepi, lalu suami dan teman ibu turun untuk cek. Ternyata semuanya baik-baik saja. Tidak ada ban yang bocor atau oli yang mungkin bocor.

Kami pun melanjutkan perjalanan. Mobil tetap melaju kencang hingga sampai di pertengahan tol dekat exit tol Jombang.

Mobil Mogok di Tengah Jalan Tol

Entah kenapa aku merasa AC mobil jadi tidak dingin lagi. Si kecil yang tertidur pun auto berkeringat. Untung saja di luar hujan rintik-rintik yang membuat hawa dingin tetap bisa terasa.

Beberapa saat kemudian, kaca mobil tampak berembun parah. Teman Ibu seperti sedang menatap lekat-lekat bagian depan kaca mobil.

Teman Ibu itu tiba-tiba menepikan mobil ke pinggir jalan tol. Firasatku mulai tidak enak. Ada yang tidak beres dengan mobil ini.

Benar saja firasatku. Saat suami dan teman Ibu turun untuk membuka kap mobil bagian depan, asap putih yang tebal langsung menyembul keluar. Bau gosong pun sedikit merasuk ke dalam mobil.

"SubhanAllah, ono opo, iki? (subhanAllah, ada apa ini)" tanya Ibu dengan raut wajah yang tegang.

Jantungku berdetak tak karuan. Aku familiar dengan scene yang beberapa tahun silam pernah aku alami dengan temanku, "waduh, ojok ngomong radiator e sing mbledos mau." (waduh, jangan bilang radiatornya yang meletup tadi).

Ternyata benar saja dugaanku. Setelah telepon pemilik mobil dan pemilik bengkel langganan teman ibuku, radiator mobil itu memang bermasalah sejak awal. Saat di cek sebelum berangkat tidak terlihat karena memang radiator mobil itu bocor halus.

Jadi menurut pengakuan teman Ibu, saat di cek radiatornya masih penuh. Jadinya teman Ibu tidak curiga radiator bermasalah. Harusnya, sih, sudah diganti sebelum disewakan ke orang. Namun, sang pemilik mobil berdalih masih aman karena sebelumnya dipakai PP Surabaya-Lumajang.

Teman ibuku pun auto jengkel, tapi nadanya masih dibawa santai, "yo, lak ngunu pas kene nggawe ketiban apes, Ndes. Kudune lak wayahe ganti radiator, yo ndang diganti. Terus, yok opo, iki?" (Ya, kalau gitu tiba giliran kita yang kena apesnya, Ndes. Harusnya kalau waktunya ganti radiator, ya, cepat diganti. Lalu, bagaimana ini?)

Setelah berdiskusi panjang, akhirnya muncul solusi kami harus menunggu dijemput sang pemilik mobil datang dengan pemilik bengkel langganannya. Permasalahan lainnya, di luar hujan, dan jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Kalau aku tidak bawa si kecil, sih, aman-aman saja. Mau nunggu sampai pagi juga ayok.

Di tengah kebuntuan yang sedang kami alami, datang seorang petugas jalan tol yang sepertinya tengah patroli. Mereka pun turun dari kendaraan dan menghampiri kami. Aku masih di dalam mobil bersama si kecil dan ibu. Kelihatannya mereka sedang bicara serius.

Sekitar 10 menit kemudian, suami dan teman Ibu kembali ke mobil untuk memberi tahu tawaran solusi lain dari bapak penjaga tol. Jadi, mobil ini nantinya akan diderek secara gratis hingga ke exit tol terdekat, yaitu Jombang. Setelah itu, akan ada adik kelas suami di Jombang yang menjemput kami.

Nah, teman ibu akan menunggu hingga sang pemilik mobil datang dengan mobil lainnya. Lalu, mobil itu akan diderek hingga ke Surabaya. Teman ibu akan menjemput kami di hari Senin untuk pulang ke Surabaya.

Fiuh, rasanya lega banget Allah SWT mudahkan solusi untuk permasalahan ini. Sekarang tinggal mutar otak bagaimana cara menenangkan si kecil yang terbangun dan mulai rewel.

Truk derek

Tetap Slay agar Si Kecil Tidak Rewel

Untungnya, aku ingat kalau si kecil sedang suka dengan dunia kendaraan bermotor. Jadinya aku coba beri pengertian kalau mobil rusak, lalu akan datang truk derek besar.

"Tuk deyek?" ucap si kecil dengan mata berbinar.

"Ya, sebentar lagi ada truk derek datang. Nanti kita ikut truk derek."

Selang sekitar 30 menit, truk derek fasilitas dari tol pun datang. Si kecil sangat antusias melihat truk derek dengan lampu yang berkedip-kedip. Pemasangan alat derek ke bagian bawah mobil ternyata memakan waktu yang lumayan lama. Aku juga tidak paham sih, karena baru pertama kali melihat bagaimana proses penderekan mobil.

Badan mobil bagian depan sempat agak naik saat diangkat ke pengait derek. Sensasinya seperti naik kapal ferry ke Bali yang terangkat karena ombak besar. 

Setelah alat dari truk derek terpasang di bagian bawah mobil, suami dan teman ibuku langsung diarahkan petugas untuk masuk ke dalam mobil. Tak lupa petugas itu meminta kartu e-toll untuk membayar penggunaan tol sampai Jombang Ploso.

Cuss! Truk derek dan mobil pun melaju di jalanan tol yang sangat sepi pada tengah malam.

Rasanya Naik Mobil yang Diderek

Setelah mobil mulai ditarik oleh truk derek, rasanya seperti naik kereta kelinci wkwkwk. Jadi ya rasanya seperti naik mobil biasa dengan banyak guncangan dan suara decitan truk derek. Kecepatannya juga tidak secepat naik mobil biasa. Mungkin sekitar 30-45 menit berjalan, barulah kami sampai di exit tol Jombang pada jam 23.10.

Saat itu sudah ada adik kelas suami yang menjemput kami. Sementara itu, si kecil masih asyik mengamati truk derek dengan lampunya yang heboh berkedip-kedip. Aku sampai harus membujuknya karena dia masih belum puas melihat-lihat truk derek.

Hikmah yang Bisa Diambil

Dari kejadian ini, aku bisa mengambil 2 hikmah utama. Pertama buat para pemilik mobil, jangan ragu untuk mengganti bagian mobil yang rusak dengan segera. Untung saja teman ibu langsung ngeh kalau ada yang aneh. Kalau tidak, bisa-bisa wassalam.

Kedua, bagi yang punya masalah saat di jalan tol bisa hubungi nomor layanan Jasa Marga 24 jam 14080. Saat itu kami tidak mengerti bagaimana cara menghubungi petugas tol. Namun, memang selalu ada petugas patroli di jalan tol. Hanya saja biar tidak menunggu lama bisa menghubungi nomor tersebut.


Sampai di Rumah Mbah Buyut dengan Selamat

Alhamdulillah, kami sekeluarga sampai di desa Mbah Buyut yang bisa dibilang masih pelosok pada pukul 00.30 pagi. Untung saja si kecil tertidur pulas di perjalanan. Sayangnya, saat itu Mbah Buyut sudah tertidur. Hanya ada Pak Poh Jono dan Bude Yanti yang menyambut kami.

Setelah melepas rasa rindu, kami semua pun bergegas tidur karena besok bakal jadi hari yang mengasyikkan setelah musibah itu. Petualanganku bersama suami dan si kecil akan aku ceritakan di postingan selanjutnya.

Bersambung di Cerita Liburan Penuh Kejutan ke Desa Mbah Buyut: Tadabbur Alam

Posting Komentar

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi