Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Pelajaran Hidup Dave Wottle: Start Terbelakang, Finish Juara

Seorang atlet dengan topi golf berwarna putih tampak tertinggal di posisi paling belakang pada perhelatan Olimpiade Muenchen tahun 1972. Sebanyak delapan atlet lari termasuk si atlet bertopi putih yang dipanggil Dave Wottle, berlari di Olympic Stadium Muenchen dengan sekuat tenaga. Mereka merebutkan medali bergengsi Olimpiade Muenchen untuk kebanggaan bagi negaranya.

Olimpiade Muenchen 1972

Tak ada yang menjagokan Dave Wottle ketika mengetahui dari awal posisinya sudah tertinggal paling belakang. Akan tetapi, keajaiban terjadi. Dave Wottle sedikit demi sedikit berhasil mendahului atlet lainnya yang sudah mulai kelelahan.

Satu atlet dilewati, kemudian dua atlet dilewati juga. Beberapa saat kemudian, dua atlet kembali dilewatinya, hingga saat mendekati garis finish, Dave Wottle langsung berlari sekencang mungkin, dan mengalahkan atlet terakhir yang berada di depannya.

Tak ada yang mengira Dave Wottle akan menyabet medali emas ketika melihat posisinya yang selalu terbelakang. Tepuk tangan penonton terdengar begitu riuh. Cerita Dave Wottle pun tersebar ke seluruh penjuru dunia sebagai motivasi hidup bagi orang yang bingung bagaimana mencapai garis finish dalam ujian hidup.


Siapa Dave Wottle?

Dave Wottle adalah seorang atlet lari jarak menengah yang berasal dari negara Amerika Serikat. Topi golf putih adalah ciri khasnya saat berlari, yang awalnya digunakan untuk menghalangi rambut panjangnya agar tak menutupi mata. Wottle kemudian menganggap topi tersebut sebagai bagian dari dirinya sekaligus pembawa keberuntunganp

Lahir di Ohio, Dave Wottle kecil terlihat kurus dan lemah. Dokter menyarankan agar Dave Wottle melakukan olahraga semacam lari untuk memperkuat tubuhnya. Saran dokter tersebut ternyata menuntun Dave Wottle jadi juara Olimpiade Muenchen 1972.

Pada tahun 1974, Dave Wottle akhirnya memulai karir sebagai atlet profesional, tapi tak lama kemudian dia pensiun. Wottle pun jadi pelatih trek di perguruan tinggi Walsh College dan Bethany College sampai tahun 1977. Setelah itu, Dave Wottle berkarir di bidang administrator pendidikan.


Pertandingan Atletik Paling Merinding Selain Derek Redmond

Saat duduk di bangku kuliah, pernah ada sesi motivasi dari para senior. Seniorku memutar video sebuah event lomba lari internasional dengan lagu latar You Raise Me Up - Josh Groban.

Di dalam video itu, ada sosok seorang pria bernama Derek Redmond. Berkebalikan dengan Dave Wottle, Derek dijagokan untuk mendapatkan medali emas dalam perlombaan karena track record larinya yang bagus. Tiba saat bertanding, di tengah-tengah perlombaan, kaki Derek Redmond cedera. Dia pun berhenti sebentar sambil memegangi kakinya yang begitu sakit.

Panitia otomatis berlari ke tengah lapangan untuk membantu Derek sekaligus ingin memapahnya ke luar trek lari. Namun, Derek menolaknya. Ia bersikeras untuk melanjutkan perlombaanya meskipun ia setengah berlari dengan kaki pincang.

Tiba-tiba dari arah luar trek seorang pria tengah berlari menghampiri Derek. Pria yang ternyata ayah Derek kemudian memapah Derek, dan menemani putranya hingga mencapai garis finish. Singkat cerita, Derek berhasil menyelesaikan perlombaannya hingga ke garis finish.

Seketika itu juga, seluruh penonton di stadion langsung berdiri dan bertepuk tangan. Tekad Derek Redmond untuk sampai ke garis finish, mengundang simpati banyak orang. Derek telah mengajarkan banyak orang untuk terus berjuang hingga ke garis finish walaupun jauh tertinggal di belakang.

Pertandingan Dave Wottle dan Derek Redmond sama-sama punya tujuan akhir di garis finish, tetapi punya proses, serta hasil akhir yang berbeda. Dave Wottle memulai start dengan posisi paling belakang, tetapi berhasil mencapai garis finish dengan bonus medali emas. Derek Redmond memulai start dengan sangat cemerlang, tetapi harus terjegal di tengah pertandingan, dan membuatnya sampai di garis finish paling terakhir.


Start Tidak Begitu Penting, Strategi dan Proses Jauh Lebih Penting

Dimana start-mu tidak begitu penting, tetapi kemampuanmu untuk menyusun strategi, dan menjalani proses dengan sabar adalah kunci untuk menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai di garis finish." (Anggita Ramani)

Dari cerita Dave Wottle dan Derek Redmond, dapat diambil kesimpulan bahwa posisi start itu tidak begitu penting. Hal yang paling penting adalah strategi dan proses menuju garis akhir atau finish dan menyelesaikan apa yang sudah dimulai.

Kemenangan hanyalah bonus tertentu yang didapat saat sudah berhasil mencapai garis finish. Kalau pun tak mendapat bonus itu, ada Tuhan yang pastinya akan membalas semua proses yang sudah dilakukan untuk mencapai garis finish itu.

Sama halnya dengan kehidupan manusia. Banyak yang pernah mengalami FOMO karena merasa tertinggal dengan teman-temannya, dan lupa kalau proses tiap orang itu berbeda. Kalau tak mampu berproses dengan cepat, pelan-pelan saja, asal tercapai tujuannya seperti Dave Wottle.


Start Santai, Atur Strategi, Finish Strong!

Setelah melihat cuplikan video pertandingan atletik Dave Wottle di Olimpiade Muenchen 1972, sudut pandangku tentang hidup jadi sedikit berubah. Sebelumnya, aku sering kelabakan dan gelisah saat melihat bagaimana orang lain berlomba-lomba memulai suatu tahapan untuk mencapai sesuatu dengan kecepatan tinggi. Harusnya cukup disesuaikan dengan kemampuan diri sendiri saja.

Kalau memang sanggup untuk memulai sesuatu untuk mencapai mimpi dengan ritme yang cepat, silakan saja dilakukan. Namun, kalau belum bisa, ya tidak usah dipaksakan. Mulai saja dengan santai, pelan-pelan, tapi penuh dengan strategi.

Nikmati setiap proses untuk mencapai garis akhir dengan gemilang. Jangan lupa untuk pasrah, sabar, berserah diri, dan berdoa kepada Allah agar bisa mencapai garis finish pencapaian hidup dengan tenang.

Jadilah seperti Dave Wottle yang meskipun tertinggal paling belakang, tetapi masih fokus untuk mengejar satu per satu pelari yang paling dekat dengannya. Hingga akhirnya Dave Wottle berhasil melewati semua pelari yang ada di depannya, mencapai garis finish, dan mendapat bonus medali emas.

1 komentar

1 komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi
  • Anonim
    Anonim
    2 Juni 2022 pukul 21.02
    Menginspirasi sekali kak 🥺
    Reply