Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Catatan Cinta untuk Traveler : Jejak Cahaya di Masjid

Assalamu’alaikum, Surabaya
For the blessing that has been given to me to travel around, I thank God each day for His love. Alhamdulillah :)

Bagi saya perjalanan itu tidak hanya untuk menghasilkan kawan, kegembiraan, pengalaman dan jejak foto. Lebih dari itu semua, bagi saya sebuah perjalanan itu mampu mendekatkan diri kepada Allah melalui jejak – jejak sejarah, bangunan, keindahan alam serta Masjid yang pastinya menjadi tempat nomer satu bagi muslimah seperti saya untuk melaksanakan sholat ketika bepergian.


Berbicara tentang masjid, selama melakukan kegiatan jalan – jalan dalam kurun waktu 7 tahun ini, Alhamdulillah saya selalu merasakan kedamaian saat menemukan masjid di tengah perjalanan. Ada semacam rasa adem di hati meskipun berada jauh dari rumah saat memasuki masjid . Berbagai macam bentuk bangunan masjid mulai dari yang unik hingga yang memiliki arsitektur cantik sudah banyak berlalu – lalang dalam agenda perjalanan saya.

Langsung saja, berikut ini cahaya – cahaya Allah yang saya temukan dalam bentuk Masjid serta saya singgahi selama melakukan perjalanan mulai dari antar kota hingga antar pulau di Indonesia.

MASJID BAITUR RACHIM – SURABAYA
Masjid Baitur Rachim merupakan masjid yang saya datangi ketika blusukan di Surabaya dan saat itu sedang murni mencari masjid terdekat untuk beribadah. Tak disangka, ternyata di dalam masjid yang tergolong kecil ini, terdapat sebuah kaligrafi cantik Surah Al Fatihah dengan warna dominan coklat keemasan di atap kubah utama.
Kaligrafi surah Al fatihah di atap kubah utama
Mimbar masjid
Masjid ini terletak di dekat eks. Gedung Siola yang sekarang difungsikan oleh Bu Risma sebagai Musium Surabaya dan kantor kependudukan Surabaya. Cukup berjalan sebentar dari Gedung Siola, lalu menyeberang jalan dan sampailah di Masjid mungil nan cantik ini. Ruangan sholat berada di lantai 2 dengan fasilitas AC yang cukup dingin. Berdo’a pun makin khusyuk di sini, tapi awas jangan kebablasan tidur karena hawa yang dingin yaaaa. Lebih baik dipakai untuk dzikir, gaes :D

MASJID JAMI' SUMENEP
Masjid Jami' Sumenep terletak di pusat kota Sumenep, dekat dengan Taman Adipura Sumenep. Saat berkunjung ke sini, bukanlah waktu untuk memenuhi panggilan sholat, sehingga hanya bisa mengagumi keindahannya dari luar saja. Bangunan masjid ini memiliki warna dominan kuning dengan gaya arsitektur mirip pintu masuk istana.


Abaikan bapak - bapak penjual es krim paddle p*p yang sepertinya ikutan bergaya dengan outfit kuning

Di sekitar halaman masjid terdapat taman bunga yang sangat cantik. Berbagai bunga warna - warni bertaburan di sini, menambah adem mata yang melihatnya. MasyaAllah, sungguh cantik masjid satu ini.

Demi kemaslahatan umat, maka dengan sangat terpaksa hanya tangan cantik saya yang mampu muncul di gambar ini
Beberapa jenis bunga yang berhasil dijepret oleh Jeng Hendrita

MASJID SUKU SASAK – LOMBOK
Masjid Suku Sasak ini terletak di Desa Sade, Lombok, NTB. Alhamdulillah, 4 tahun silam, tepatnya di tahun 2013, saya diberi kesempatan oleh Allah untuk mengunjungi desa tempat suku asli Lombok yang beragama Islam ini. Masjid ini memiliki arsitektur tradisional Lombok dimana masih menggunakan alang – alang untuk atap.
Masjid Suku Sasak, Desa Sade, Lombok
Atap yang terbuat dari alang - alang
Pintu masuk masjid
Meskipun tanpa AC, masjid ini tetap terasa sejuk karena angin semilir yang datang menerpa. Entah kenapa, bagaimana pun bentuk masjid, selalu bikin adem hati, kayak Allah yang selalu ngademin hati-ku dan hati-mu *-mu di sini bisa berarti siapa saja, bisa mamahku, sahabatku atau para pembaca budiman yang mungkin sedang baper saat ini hahaha*

MASJID AGUNG JAWA TENGAH – SEMARANG
“Kembarannya Masjid Nabawi”, begitulah Masjid Agung Jawa Tengah atau MAJT ini biasa disebut. Lihat saja payung – payung  di sepanjang halaman masjid yang memang mirip dengan Masjid Nabawi di Madinnah. Sayangnya, payung ini hanya dibuka di hari Jum’at saja ketika ibadah sholat Jum’at berlangsung.
Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)

Berada di sini terasa begitu dekat dengan Rumah Allah yang berada ribuan kilometer dari sini. Jadi, ada semacam rasa haru, rindu dan damai ketika berada di kompleks MAJT. Panggilan adzan yang terdengar pun terasa semakin mendekatkan hati ini dengan Sang Pencipta. Rasanya damaaaaaaiiiiii banget nget nget. Silakan rasakan sendiri sensasinya ketika berada di MAJT.

Di halaman yang lebih luar, terdapat semacam kaligrafi yang melingkar di dinding bangunan yang juga berbentuk melengkung. Hiasan kaligrafi dengan warna dominan ungu muda ini semakin menambah kecantikan MAJT.

Detail kaligrafi

MASJID GEDHE KAUMAN – YOGYAKARTA
Masjid Gedhe Kauman terletak di dekat Altar (Alun – Alun Utara) kota Jogja. Masjid ini sudah ada sejak zaman pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Umurnya? Jangan kaget ya, masjid ini sudah berumur kira – kira 200 tahun’an.
Masjid Gedhe Kauman tanpak depan
Masuk di area pendopo, sangat terasa sekali gaya arsitektur khas keraton yang terkesan sederhana namun megah. Ukiran dengan warna dominan kuning – jingga tersemat di pilar – pilar bangunan.



Di halaman masjid terdapat semacam kolam air di sepanjang pinggiran tembok yang semakin menambah adem mata.


Berikut kondisi di dalam masjid yang biasanya selalu cepat penuh ketika mendekati waktu sholat bagi umat muslim. Sayangnya, saat itu waktu untuk sholat berjama'ah sudah lewat, tapi Alhamdulillah bisa masuk ke bagian dalam masjid. Meskipun suasana pendopo sedikit ramai karena banyak makhluk yang ngemper di situ karena adem, tetapi di bagian dalam tetap terasa sepi dan syahdu.


MASJID BAWAH TANAH SUMUR GUMULING – YOGYAKARTA
Masjid bawah tanah? Ya. Masjid ini memang merupakan masjid bawah tanah yang digunakan oleh umat Islam di Yogyakarta saat zaman penjajahan Belanda. Masjid ini masih terhubung dengan lokasi Taman Sari. Masuk ke dalam, anda akan langsung disambut oleh lorong – lorong gelap dengan dinding yang sudah berlumut. Karena letaknya yang di bawah tanah, kondisi di sini lumayan pengap, menandakan bahwa jumlah Oksigen di sini sangat kurang.

Bayangkan bagaimana kondisi keterbatasan untuk beribadah di masa itu, melewati lorong gelap dan pengap

Tempat mimbar atau dakwah para kyai berada di pertemuan lima tangga yang terdapat di ujung lorong. Kenapa terdapat 5 tangga? Mungkin diambil dari filosofi rukun islam yang berjumlah 5.
Sumber gambar : https://penkcreatednow.wordpress.com/
Dengan kondisi seperti itu, bayangkan umat Islam saat itu tetap bersemangat menuju masjid untuk sholat berjama’ah. Bagaimana dengan saya yang terkadang masih ogah – ogahan untuk berangkat ke masjid? *instropeksi diri*. Semoga setelah ini, saya bisa kembali ke jalan yang benar #eh
Bagian atap di dekat lorong pintu masuk
Dinding bangunan, saksi bisu sejarah kebesaran Islam di Yogyakarta
Meskipun sekarang sudah tidak difungsikan lagi sebagai masjid, tetapi sisa – sisa perjuangan umat Islam di jaman penjajahan Belanda masih terasa kental hingga ke dinding bangunan. Biarlah bangunan ini menjadi saksi bisu perjuangan para pendahulu kita dalam mendalami ilmu Islam. Sebagai generasi muda, mari kita belajar dari sejarah dan berusaha menjadi generasi umat Islam yang lebih baik lagi. Aamiin :)

MASJID AGUNG MANUNGGAL BANTUL – BANTUL
Saat itu… Ketika saya dan teman saya lepas bermain di pantai daerah Bantul, secara tidak sengaja, kami melihat masjid ketika berhenti di perempatan jalan karena lampu merah. Karena hampir memasuki waktu Ashar, kami pun memutuskan untuk sekalian singgah di situ. Masjid yang kami lihat itu ternyata adalah Masjid Agung Manunggal Bantul. Ada yang unik dari Masjid ini, yaitu pintu masuk area pendopo mirip gunungan wayang dengan ukiran kaligrafi ayat suci.
Pintu berbentuk gunungan wayang dengan hiasan kaligrafi ayat suci Al-Qur'an
Halaman depan
Gaya arsitektur bagian dalamnya hampir mirip dengan Masjid Gedhe Kauman. Selain itu tata masjidnya juga mirip. Jadi ada bagian halaman, pendopo, lalu bagian dalam untuk sholat. Mungkin karena masih satu saudara sama Jogja yes.

Bagian dalam masjid


Sekian, beberapa cahaya Allah yang saya temukan ketika melakukan perjalanan. Semoga untuk ke depannya saya bisa jadi muslimah yang lebih baik lagi. Semoga saat melakukan perjalanan selanjutnya, bisa menjadikan saya pribadi yang lebih dekat lagi dengan Allah dan bisa kembali menemukan jejak cahaya di sepanjang perjalanan yang saya ukir. Aamiin… Aamiin… Ya Robbal Alamiin :)

Sampai jumpa di postingan selanjutnya.

Love,
Anggi
6 komentar

6 komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi
  • Tira Soekardi
    Tira Soekardi
    27 Januari 2017 pukul 02.59
    wow, keren. Aku suka sekali lihat aristektur temapt ibadah baik muslim, kristen, budha , dll, selalu unik
    • Tira Soekardi
      ANGGITA RAMANI
      27 Januari 2017 pukul 06.52
      Hai, Kak Tira, terimakasih sudah berkunjung ke blog aku. Salam kenal ya hehe. Sama, saya juga termasuk pengagum arsitektur bangunan2 yang unik gitu :D
    Reply
  • Efi Fitriyyah
    Efi Fitriyyah
    26 Januari 2017 pukul 11.12
    Di antara sekian masjid yang diceritakan di sini, baru masjid Gedhe Kauman yang pernah aku kunjungi. Yang lainnya belum euy. I envy you mbak :)
    Emamg bener ya, masjid itu adem banget. Sepanas apapun di luar kalau udah masuk ke dalamnya mah nyesss.
    • Efi Fitriyyah
      ANGGITA RAMANI
      26 Januari 2017 pukul 11.53
      Hai mbak Efi, terimakasih sudah berkunjung ke blog aku.
      Iya adem banget...
      Semoga mbak bisa suatu saat berkunjung ke masjid2 itu ya :)
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    24 Januari 2017 pukul 07.19
    Keren bgt sih kakak
    • Unknown
      ANGGITA RAMANI
      24 Januari 2017 pukul 08.23
      Alhamdulillah kakak. Kayaknya lebih keren kamu deh yang udah semacam menjelajah dari hutan, gunung, pantai sampai rawa2 *lol* :p
    Reply