Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Nature Walk di Kenjeran Saat Pandemi

 Assalamu'alaikum, Surabaya!

Hampir dua tahun lamanya seluruh dunia berperang lawan COVID 19. Selama itu pula, hampir sebagian besar pergerakan manusia jadi terbatas. Masih membekas di ingatanku tagar #dirumahaja sebagai pengingat agar tak sembarangan keluar rumah di saat pandemi. Sebagai orang tua aku pun sangat membatasi frekuensi anak untuk bermain di luar rumah atau sekadar jalan-jalan ke luar rumah. Dalam satu bulan mungkin hanya sekali kami bermain bersama ke luar rumah, itu pun hanya berputar-putar kota dengan sepeda motor.

Lama-kelamaan aku khawatir dengan perkembangan kecerdasan anak. Dalam kurikulum pendidikan yang sudah aku sepakati dengan suami (baca di sini), ada banyak sekali bagian untuk bermain di alam. Kalau alam sekitar rumah sudah habis dieksplorasi oleh anak. Ditambah lagi, anakku tipe anak yang amat sangat penasaran dan haus eksplorasi.

Si kecil yang haus eksplorasi

Aku dan suami akhirnya berdiskusi panjang untuk menentukan wisata alam yang sekiranya sepi dan dekat dengan rumah. Setelah diskusi yang cukup menguras energi dan cadangan makan di perutku, akhirnya terpilihlah "Kenjeran" untuk target sesi nature walk dalam jadwal belajar anakku. Selain dekat dengan rumah, akses menuju Kenjeran cukup mudah dan murah. Kenjeran ini juga punya sejarah yang cukup unik, mula dari terkenal jadi tempat mesum sampai sekarang jadi tempat wisata yang dikenal banyak orang di luar wilayah Kenjeran.


Kenjeran Dulu dan Kini

Sudah sejak lama, area pantai Kenjeran memang terkenal sebagai penghasil kuliner kerupuk ikan laut dan ikan asap. Di sini juga ada wisata Pantai Lama Kenjeran dan Pantai Baru Kenjeran.

Hanya saja, dulu area Kenjeran masih belum tertata rapi. Sering juga ketika kata "Kenjeran" disebut, konotasi negatif selalu tersemat di kata itu. Misalkan saja saat aku ingin jalan-jalan ke Kenjeran saat petang, pasti orang sekitar akan balik bertanya, "mau ngapain?? Liatin mobil goyang?"

Kenjeran mulai berubah sejak Bu Risma menjabat sebagai walikota Surabaya. Area pengasapan ikan dijadikan satu secara teratur di Sentra Ikan Bulak (SIB). Penerangan jalan juga ditambah agar tak tampak remang-remang saat petang. Pasangan muda-mudi yang hobi bermain di mobil pun sudah hampir tak ada.

Selain itu, pembangunan Jembatan Suroboyo membuat area Kenjeran semakin ramai menarik magnet wisatawan lokal. Hiburan berupa air mancur menari disertai lampu-lampu cantik tiap Sabtu dan Minggu malam (sebelum pandemi) sukses membuat stigma negatif tentang Kenjeran perlahan pudar. Satu lagi, adanya wisata baru "Atlantis Land" atau dulu disebut "Kenjeran Baru" juga makin memeriahkan suasana baru di Kenjeran.

Sejak itulah, Kenjeran berubah jadi ikon Surabaya yang cantik dan diminati para wisatawan lokal. Tiap hari Sabtu-Minggu, Kenjeran selalu ramai diserbu pengunjung, baik dari dalam kota maupun luar kota.


Sunrise Cantik di Kenjeran

Aku dan suami sengaja berangkat lepas subuh agar bisa sekalian menyaksikan sunrise di Kenjeran. Tak lupa kami menerapkan prokes ketat selama di Kenjeran. Sampai di Kenjeran, suasananya masih sepi di Minggu pagi saat itu. Kerumunan manusia juga hampir tak ada.

"Alhamdulillah, aman, bisa nature walk tanpa was-was, nih,"pikirku dalam hati.

Benar saja, sesampainya di pantai Kenjeran dekat batu-batu, kami bertiga sudah disambut oleh semburat merah-jingga sunrise yang sangat cantik. Aku pun langsung mengajak anakku untuk mendekat ke bibir pantai.

Sunrise Kenjeran

MasyaAllah sungguh cantik pemandangan sunrise di pantai ini. Menurut beberapa fotografer, di sini memang salah satu tempat terbaik untuk berburu foto sunrise. Kalau datang pagi, kadang banyak fotografer dengan berbagai alat canggih hanya untuk berburu foto si cantik matahari pagi.


Nature Walk Pantai

Setelah puas menikmati indahnya matahari terbit, aku biarkan kakinya tersapu air laut, sembari mendengarkan debur ombak yang menderu. Sebenarnya aku ingin melepas sepatu anakku, namun kondisi pantai yang banyak terdapat pecahan kerang, membuatku urung melakukannya. Dua hal itu cukup bisa menstimulasi saraf sensorik.

Mengamati air laut dan mendengarkan debur ombak di pantai.

Aku juga membiarkannya duduk sambil memegang kerang dan pasir agar saraf sensorik yang ada di tangannya juga terstimulasi. Kegiatan ini cukup asyik. Kosa kata si kecil pun bertambah dengan mengucap kata "kerang". Ketika ia melihat benda asli berupa kerang, ia lebih cepat paham bahwa "oh benda itu namanya kerang", jadi bukan sekadar meniru tanpa tahu arti kata yang diucapkannya. 

Mencari kerang.

Oiya, karena pandemi, kalau datang pagi-pagi ke sini memang masih sepi, jadi insyaAllah lebih aman untuk anak. Mulai ramai sekitar pukul 7 pagi. Masuk ke area sini gratis, hanya bayar parkir saja. Kalau mau juga bisa naik perahu nelayan di sini untuk sekadar melihat laut sekitar.


Begitulah cerita liburan tipis-tipis yang aku lakukan bersama keluarga kecil saat pandemi. Sederhana saja, yang penting ada kegiatan lain di luar kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan anak. Biar otak anak juga mengenal hal baru, serta mengenal alam sekitar.

Posting Komentar

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi