Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

The Chemistry of Life : Sebuah Filosofi Kimia dalam Kehidupan



Assalamu’alaikum, Surabaya.



Karena hidup cuma sekali, mari kita hadapi kehidupan ini dengan bijaksana, rendah hati dan pikiran terbuka. Jangan biarkan dirimu menyesal seumur hidup.


Jika mendengar kata kunci “kimia”, pasti yang terlintas di pikiran anda adalah reaksi, sianida, asam sulfat, TNT atau bahkan hal – hal berbahaya lainnya. Wajar sih, karena kimia mempelajari itu semua. Tapi, dalam kuliah saya beberapa tahun yang lalu, dosen – dosen sering sekali mengaitkan filosofi ilmu kimia itu dengan kehidupan sehari – hari untuk mempermudah pemahaman terhadap mata kuliah yang diajarkan.



Kira – kira filosofi ilmu kimia yang mana saja ya yang bisa dikaitkan dengan kehidupan yang penuh dengan sandiwara ini? #eaaa



Langsung saja…



Stay Positive Like a Proton – Bersikaplah Positif Seperti Proton

Siapa sih yang nggak kenal bagian atom yang memiliki lambang positif (+) ini. Mulai dari SMA, bagian atom paling legendaris ini selalu menghiasi buku dan catatan pelajaran kimia jaman dahulu kala. Hidup di dunia yang penuh dengan ujian ini, kita harus selalu memiliki pikiran positif nih. Kenapa? Karena sugesti positif akan memberikan semangat positif pula bagi diri kita untuk selalu maju dan berkembang.
Tularkan semangat positifmu seperti Proton :D
Jadilah Dermawan Seperti Nukleofil

Oke, mungkin banyak yang masih awam ya sama kata “nukleofil”. Saya jelaskan sedikit. Intinya nukleofil adalah suatu spesies kimia (bisa atom atau molekul) yang memiliki kelebihan elektron (bermuatan negatif) dan memiliki kecenderungan untuk menyerang spesies yang sedang kekurangan elektron.


Dalam kehidupan ini, tentunya jika diberi kesempatan oleh Allah untuk memiliki rezeki berlebih, ada baiknya kita berbagi kepada sesama yang sedang dalam masa kekurangan, seperti nukleofil. Rezeki tidak harus dalam bentuk harta, ilmu pun juga merupakan rezeki yang harus dibagi kepada sesama yang membutuhkan.



Lebih Baik Jalankan Mekanisme Disosiasi – Jangan Genggam Hati yang Lain Sebelum Melepas Hati yang Sedang Kamu Pegang

Lihat judulnya pasti langsung muncul hastag #eaaa #serr #dilarangbaper trus backsong-nya lagu “Pelangi” punyanya HiVi, lirik yang muncul “mengapa ku tak bisa jadi cinta yang tak akan pernah terganti (ku hanya menjadi) cinta yang tak akan terjadi, lalu mengapa kau masih di sini memperpanjang harapan…” *ngakak*. Bukan bermaksud apa – apa, tapi di kuliah saya dulu tentang mekanisme reaksi senyawa anorganik, memang dibahas seperti ini oleh dosennya. Kalau tidak salah dulu Prof. Irmina yang mengajar. Karena topiknya sangat dekat dengan kondisi kehidupan cinta mahasiswa kala itu, mata kuliah ini sukses mencuri antusiasme peserta kuliah.



Jadi, di dalam mekanisme reaksi anorganik ada dua mekanisme, yaitu mekanisme Disosiasi dan Asosiasi. Ketika ada nukleofil kuat yang ingin masuk ke dalam suatu rangkaian senyawa, tetapi tempatnya sudah penuh. Otomatis, sang senyawa selaku pemilik harus melakukan suatu tindakan : melakukan mekanisme jalur disosiasi atau jalur asosiasi.



Ketika jalur disosiasi yang terjadi, maka sang senyawa harus memutuskan ikatan salah satu ligan. Setelah terputus sempurna, barulah nukleofil yang baru bisa memasuki rangkaian senyawa tersebut. Seperti kehidupan percintaan juga, jika memang sudah tidak bisa dilanjutkan lagi, ya putuskan, lepaskan dan selesaikan baik – baik. Baru setelah itu bisa memasukkan hati yang lain ke dalam hatimu *sayangnya ga ada emoji monyet di sini*


Jangan sekali – kali menganut paham mekanisme asosiasi. Mekanisme asosiasi terjadi ketika sang senyawa langsung menarik masuk nukleofil baru ketika nukleofil yang lama masih berada di rangkaian senyawa itu. Baru setelah itu, nukleofil lama akan terputus. Sama juga kan seperti kehidupan cinta. Pasti ada salah satu atau salah dua orang yang pernah menjalankan mekanisme asosiasi.


Menurut saya itu kebebasan tiap manusia untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Tiap orang pasti punya alasan dan sudut pandang sendiri dalam memandang suatu hal. Kalau saran saya sih, jangan sekali – kali menggenggam hati yang lain ketika kamu masih belum mampu melepaskan hati yang lebih dulu ada di genggamanmu :)

Be wise ya… Hidup cuma sekali, jangan sampe nyesel seumur idup :D


Gimana, seru kan belajar filosofi ilmu Kimia di kehidupan sehari – hari? Sebenernya banyak sih yang dulu diajarkan oleh para dosen, tapi yang paling saya ingat cuma 3 hal di atas, apalagi yang terakhir hahaha. Paling seru bahasannya waktu di kelas dulu.

Sampai jumpa di cuap - cuap seru berikutnya di blog ini.
Feel free to ask or left a comment :)
4 komentar

4 komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi
  • Anonim
    Anonim
    26 Juni 2020 pukul 13.26
    wah mantep kak, bisa relate nih.terimakasih.
    • Anonim
      ANGGITA RAMANI
      30 Juli 2020 pukul 12.17
      Sama2 kak :D
    Reply
  • Zainudin Alamsyah
    Zainudin Alamsyah
    9 November 2019 pukul 20.46
    terima kasih
    • Zainudin Alamsyah
      ANGGITA RAMANI
      30 Juli 2020 pukul 12.16
      Sama2 kak
    Reply