Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Bangkit Jadi Perempuan Cerdas, Berdaya, dan Berprestasi dari Rumah Bersama IIDN

Bagi sebagian besar perempuan, menikah dan menjadi seorang ibu adalah sebuah impian sederhana yang selalu terlukis indah dengan akhir bahagia dalam benak perempuan. Banyak imajinasi indah bak negeri dongeng yang bermunculan dalam pikiran polos perempuan ketika menikah ini nanti. Bergandengan tangan layaknya Galih dan Ratna, berboncengan motor seperti Dilan dan Milea, atau selalu mesra seperti Habibie-Ainun.

Komunitas perempuan

Nyatanya, kehidupan setelah menikah tidak sesederhana itu. "Adek, cinta tak selamanya indah," begitu kalimat dalam cuplikan lagu anonim yang belakangan ini banyak lalu-lalang di dunia media sosial. Seorang perempuan yang juga seorang istri sekaligus ibu, biasanya banyak sekali mendapat cercaan atau komentar yang sukses membuat hati mereka ambyar, meskipun dari luar tampak tegar.

Susah-susah sekolah sampai S2 kok akhirnya cuma jadi ibu rumah tangga? Ijazahnya buat apa?"

Begitulah dahsyatnya salah satu komentar yang pernah membuat hatiku potek dan pecah sampai berkeping-keping. Komentar itu pula yang berhasil menjerumuskanku sampai ke dalam titik terendah di kehidupanku, membuatku berpikir bahwa aku adalah ibu rumah tangga tak berdaya guna, dan tak memiliki value diri.

Aku berada dalam titik tergelap dalam kehidupanku sebagai seorang ibu rumah tangga. Sampai akhirnya semesta mempertemukanku dengan komunitas perempuan Ibu-ibu Doyan Nulis atau biasa disingkat IIDN. Dari situ, aku mulai menemukan kembali titik terang tentang menjadi perempuan yang bisa berdaya, serta berkarya dari rumah.


Catatan Hitam Saat Resign dan Memilih Jadi Ibu Rumah Tangga

Tiap orang pasti punya catatan hitam kehidupan, yang membuat hidup terasa jungkir balik tak karuan. Tak terkecuali aku yang juga punya masa-masa tak menyenangkan pasca resign dan memilih untuk jadi ibu rumah tangga. Masa-masa yang pernah membuatku seperti kehilangan diri sendiri.

Baby Blues

Dulu aku berpikir baby blues itu hanya khayalan belaka. Bagaimana mungkin seorang ibu bisa sampai membenci bayinya sendiri. Bayi kan lucu! Makhluk imut dan menggemaskan seperti itu bagaimana bisa membuat seorang ibu jadi stress.

You never really understand a person until you consider things from his point of view ... Until you climb inside of his skin and walk around in it." (Harper Lee)

Benar kata Harper Lee dalam buku to Kill a Mockingbird di atas, "kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya". Saat jadi ibu, barulah aku merasakan sendiri bahwa baby blues itu nyata adanya. Kondisi pandemi, suami yang dirumahkan sementara, serta komentar orang lain jadi pemicu munculnya rasa "tidak berguna" dan "menyesal" saat jadi ibu.

Virus FOMO

Lepas dari jerat baby blues, muncullah jeratan baru dari FOMO (Fear of Missing Out) ketika melihat teman-teman yang lain hidupnya berprogres cukup jauh, sedangkan aku masih jalan di tempat. Kesal sekali rasanya ketika membandingkan diriku yang dulu selalu terdepan dalam prestasi macam jargon LBB, kini hanya dipandang rendah orang sekitar karena ibu rumah tangga masih dianggap sebuah beban suami dan ekonomi keluarga. Merasa tertinggal dengan orang lain ternyata mempunyai dampak buruk bagi kesehatan mental.  Aku jadi semakin kehilangan diri sendiri sampai di titik ingin menjadi tumbuh-tumbuhan saja biar lebih bermanfaat.

Komunitas perempuan

Merasa Sendiri

Kondisi pandemi yang tak kunjung usai, serta kehadiran si kecil membuatku jarang berinteraksi dengan orang lain. Bukannya tak mau bersosialisasi, tapi lebih menjaga si kecil untuk meminimalisir penyebaran virus corona. Akhirnya, kegiatan sehari-hari hanya berkutat di dalam rumah.

Ngobrol pun cuma sama suami. Aku sudah jarang berinteraksi dengan kawan lama. Kadang hal tersebut membuatku merasa sendiri karena sebelum menikah aku terbiasa berinteraksi dengan orang lain. Aku merasa butuh suatu wadah seperti komunitas yang satu frekuensi dengan pemikiranku, agar aku tak merasa sendiri.

Kehilangan Value Diri

Hal terparah dari semua catatan hitam dalam kehidupanku sebagai ibu rumah tangga adalah kehilangan value diri. Ya, aku tahu jadi ibu rumah tangga itu sudah menjadi value tersendiri bagi seorang istri. Akan tetapi, aku tetap merasa value-ku sebagai perempuan telah hilang.

Aku merasa belum menjadi perempuan berdaya. Aku butuh suatu ruang untuk mengekspresikan value-ku sebagai seorang perempuan, bukan hanya sebagai istri dan ibu saja.


Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN): Titik Balik untuk Jadi Perempuan Cerdas, Berdaya, dan Berprestasi dari Rumah

Setelah diskusi panjang dengan suami, aku memutuskan untuk mencari suatu komunitas yang bisa mendukung perempuan yang tidak bisa hanya duduk manis di rumah sepertiku. Aku butuh suatu wadah untuk upgrade softskill, menjadikanku perempuan berdaya dari rumah, dan bisa menemukan value diriku sebagai perempuan.

Mencari komunitas yang punya frekuensi sama dengan pemikiranku ternyata tidak mudah. Harus coba masuk dulu untuk mengetahui komunitas seperti apakah itu. Setelah pencarian yang cukup panjang, akhirnya radarku menemukan komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis atau sering disingkat IIDN yang bisa membuatku bangkit jadi perempuan cerdas, berdaya, dan berprestasi dari rumah.

Berangkat dari hobi menulis sejak kecil, aku merasa komunitas IIDN cocok untukku. Dari namanya saja sudah merasa "klik" karena arti secara singkat adalah komunitas perempuan yang mewadahi para ibu-ibu yang suka menulis. Selain itu, banyak nilai positif yang aku temukan dari komunitas IIDN.

Komunitas perempuan

1. Komunitas Pemberdaya Perempuan

Komunitas IIDN merupakan salah satu komunitas yang selalu memberdayakan anggotanya pada hal positif di bidang kepenulisan. Omong-omong, dari tadi membahas perempuan berdaya atau memberdayakan perempuan, sudah pada tahu artinya belum ya? Kalau belum kita samakan dulu frekuensi pemikiran dengan penjelasan tentang pemberdayaan perempuan.

Pemberdayaan perempuan adalah suatu upaya agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, sehingga mampu membangun kemampuan dan konsep diri." (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia)

Jadi, komunitas IIDN sangat memperhatikan isu tentang pemberdayaan perempuan agar para perempuan di Indonesia memiliki rasa percaya diri untuk mengoptimalkan kapasitasnya di bidang kepenulisan. Komunitas IIDN bisa menjadi ruang agar para perempuan tetap bisa berdaya meskipun hanya dari rumah.

2. Membekali Kecerdasan Perempuan Berupa Softskill di Bidang Kepenulisan

Salah satu hal yang dilakukan komunitas IIDN untuk memberdayakan perempuan adalah membekali mereka dengan berbagai softskill di bidang kepenulisan. Mulai dari webinar gratis, kelas menulis, dan berbagai kelas-kelas lainnya untuk menunjang pengembangan diri para perempuan.

Selain itu juga ada berbagai kerja sama dengan pihak luar terkait lomba di bidang kepenulisan, kerja sama di bidang blog placement, serta fasilitas berupa penerbitan buku indie bagi anggota. Lengkap sekali bukan? Jadi, IIDN bukan sekadar komunitas yang kegiatannya hanya kumpul anggota dan buang uang tanpa manfaat.

3. Dipenuhi Role Model Perempuan Berdaya Penuh Karya

Di dalam komunitas IIDN juga dipenuhi role model perempuan berdaya yang penuh dengan karya dan prestasi. Sebut saja founder IIDN, Indari Mastuti yang punya banyak karya berupa buku juga bisnis kepenulisan. Ada juga ketua IIDN saat ini, Widyanti Yuliandari yang aktif bekerja dan aktif mendapatkan prestasi dari hasil ngeblog. Masya Allah, luar biasa, kan!

Dengan adanya role model perempuan berdaya penuh karya tersebut, diharapkan para perempuan seperti saya bisa termotivasi untuk jadi perempuan berdaya juga. Keberadaan role model sangat penting karena bisa dijadikan contoh nyata bagaimana perempuan bisa berdaya, serta memberikan stimulus rasa percaya diri.

4. Woman Support Woman

Di dalam komunitas IIDN, jargon "woman support woman" begitu kuat antar anggota. Tidak ada yang namanya saling membandingkan kemampuan atau adu nasib. Anggota komunitas IIDN hanya berfokus untuk menaikkan level kemampuan menulis para anggotanya.


Perjalananku Menemukan Passion dan Value Bersama IIDN

Setelah mengenal komunitas IIDN dan masuk ke dalam setiap kegiatan di dalamnya, akhirnya aku merasa tidak sendiri lagi. Di sini banyak kawan daring dengan frekuensi yang sama, sehingga aku merasa "hidup" kembali. Perjalananku untuk menemukan passion dan value dari menulis pun dimulai.

Komunitas IIDN

Bangun Cinta dengan Buku Hasil Karya Anggota IIDN

Berawal dari postingan instagram IIDN yang saat itu sedang gencar promosi buku karya anggota mereka yang berjudul "Semeleh". Aku langsung jatuh cinta dengan buku itu karena tulisannya lebih ke arah self healing yang dibalut dengan kata "semeleh", cocok dengan kondisi kesehatan mentalku saat itu. Dalam KBBI arti kata semeleh adalah penuh penyerahan, sedangkan menurut Widyanti Yuliandari dalam lembar kata pengantar menuliskan bahwa semeleh adalah suatu level dalam hidup seseorang dimana punya keyakinan bahwa segala sesuatu itu sudah diatur sedemikian rupa oleh Sang Pencipta. Orang yang sudah mencapai level semeleh, hidupnya stabil, dan tidak mudah terpengaruh oleh komentar orang lain.

Selain buku Semeleh, aku juga mengadopsi buku Ngeblog dari Nol yang juga tak kalah penting dalam perjalananku menemukan value diri. Melalui buku Ngeblog dari Nol, aku mulai menata kembali blog yang sudah lama aku tinggalkan hingga tak terawat. Rasanya seperti memulai kembali lembaran hidup dengan level yang baru setelah membaca buku Semeleh dan Ngeblog dari Nol.

Komunitas Ibu-ibu doyan nulis

Pembekalan di WAG Ngeblog Dari Nol

Beli buku bonus kelas pembekalan ngeblog? Begitulah IIDN selalu jadi yang terdepan dalam meningkatkan softskill anggotanya. Saat membeli buku Ngeblog dari Nol, ternyata mendapatkan akses gratis ke kelas Ngeblog dari Nol yang dipenuhi pembekalan untuk ngeblog.

Meskipun aku tertinggal karena telat bergabung, file materi dan rekaman zoom masih bisa didapatkan untuk belajar sendiri. Dari sini, aku banyak belajar kembali tentang blog, dan mulai bangkit untuk jadi perempuan berdaya lewat blogging.

Terpacu untuk Menerbitkan Buku Sendiri Setelah Mengikuti IIDN Writing Academy

Selain kelas Ngeblog dari Nol, aku juga sering mengikuti beberapa kelas gratis atau kelas rangkaian dari IIDN Writing Academy. Salah satu kelas gratis yang berkesan adalah "Cerdas Bangun Peluang Perbukuan Pasca Pandemi", "Makin Produktif Menulis dengan Productivity Journal", dan "Kelas Menulis Gaul Sesuai KBBI". Kelas- kelas tersebut membuatku terpacu untuk produktif menulis dan mengabadikan tulisanku jadi sebuah buku. Dari sini, aku akhirnya menemukan passion dan value diri yang sebenarnya sudah ada sejak dahulu, yaitu blogger dan penulis.


Blogger, Content Creator, dan Penulis Buku, Itulah Value Diriku yang Sebenarnya!

Tidak ada yang boleh meremehkan pilihan seorang perempuan untuk jadi ibu rumah tangga. Mereka juga bisa jadi perempuan cerdas, berdaya, dan berprestasi dari rumah." (Anggita Ramani)

Menjadi blogger dan penulis buku adalah value diri yang akhirnya aku temukan setelah perjalanan panjang bersama komunitas IIDN. Lewat blog, aku bisa merasakan punya penghasilan sendiri tanpa harus keluar rumah, dan bonus prestasi dari beberapa lomba blog.

Akan tetapi, bagiku pribadi prestasi itu tak melulu hasil dari menang lomba. Bagi seorang ibu, prestasi itu bisa sesederhana menahan emosi seharian saat anak banyak tingkah. Bisa juga sesederhana mampu mengatur waktu antara membersamai anak, berkarya, dan melakukan tugas sebagai istri.

Selain blogging, aku juga memutuskan untuk jadi perempuan berdaya lewat penulisan buku solo dan jadi content creator di Pinterest. Sebelum menikah, aku memang sudah sering menulis buku-buku antologi yang dikerjakan bersama penulis lainnya. Namun, setelah melahirkan aku vakum sangat lama. Setelah bergabung dengan IIDN, aku jadi teringat kembali semua mimpiku untuk menerbitkan buku sendiri. Saat ini aku sedang dalam proyek menulis novel, semoga bisa terbit tahun ini. Aamiin.

Komunitas perempuan penulis IIDN

Hidup rasanya kurang lengkap kalau tidak berbagi. Baru-baru ini aku punya keinginan untuk membuka kelas blog untuk memberdayakan ibu rumah tangga yang mungkin pernah merasakan apa yang aku rasakan. Meskipun aku belum mencapai level blogger profesional, setidaknya aku berbagai ilmu blog untuk sekadar membuat blog dan optimasi SEO on page. Sebab, sejatinya hidup ini tak hanya untuk mencari cuan semata, ada bekal untuk akhirat yang juga harus dipersiapkan.


12 Tahun IIDN Sebagai Komunitas Perempuan Penulis Besar di Indonesia

Aku baru saja bergabung secara resmi di IIDN pada tahun 2020. Tepat enam bulan setelah melahirkan. Saat itu aku tidak tahu sudah berapa lama IIDN mengudara sebagai komunitas perempuan penulis di Indonesia.

Jujur, aku baru tahu kalau ternyata IIDN sudah berusia 12 tahun pada tahun 2022 ini. Tentunya banyak kiprah IIDN dalam menemani para perempuan untuk berkembang dan berproses untuk jadi perempuan yang berdaya guna bagi dirinya sendiri, orang lain, dan Indonesia. Mulai dari pelatihan kepenulisan bernama IIDN Writing Academy, kerjasama penulisan buku dengan pemerintah, hingga softskill yang diberikan kepada anggotanya.


Tips Agar Jadi Perempuan Sekaligus Ibu yang Cerdas, Berdaya, dan Berprestasi.

Menjadi perempuan berdaya bersama IIDN merupakan proses yang tidak sederhana bagiku. Ada banyak tahapan untuk mendukung setiap proses yang sudah aku rangkum menjadi beberapa tips untuk menjadi perempuan sekaligus ibu yang cerdas, berdaya, dan berprestasi.

1. Buat Kuadran Prioritas

Aku menggunakan teknik manajemen yang disebut Eisenhower Decision Matrix, yang diciptakan oleh Dwight Eisenhower untuk manajemen diri dan waktu. Teknik ini membagi hal-hal yang kita lakukan ke dalam 4 kuadran, yaitu penting dan mendesak; penting, tapi tidak mendesak; mendesak, tapi tidak penting; tidak penting dan tidak mendesak.

Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis IIDN

Dari keempat kuadran tersebut akhirnya bisa dibuat jadwal harian untuk dilakukan sendiri, dijadwalkan secara berkala, mendelegasikan orang lain untuk melakukan, atau benar-benar menghapusnya dari kegiatan harian.

2. Buat Catatan Mimpi

"Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia."

Siapa yang otomatis menyanyi saat membaca kalimat di atas? Yups, lagu soundtrack Laskar Pelangi tersebut selalu sukses membuatku kembali melanjutkan semua mimpi yang tertunda.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membantu meraih mimpi secara psikologis dengan memanfaatkan alam bawah sadar adalah menuliskan semua mimpi secara detil, lalu memasangnya di tempat yang setiap hari terlihat. Percaya atau tidak, secara tidak langsung tulisan yang setiap hari kita baca tanpa sadar, bisa mensugesti pikiran bawah sadar untuk memvisualisasikan mimpi kita secara nyata.

3. Ikuti Kegiatan atau Lomba Sesuai Passion

Jangan pernah kapok untuk ikut-ikutan lomba atau berbagai macam kegiatan sesuai passion. Meskipun tidak menang, minimal ada kemampuan diri yang terupgrade. Terapkan filosofi semeleh saat mengikuti lomba agar tak sombong saat diberi kemenangan dan tak kecewa saat belum berkesempatan menang. Jiwa tenang, hati lapang, kemampuan diri pun bisa berkembang.

4. Upgrade Ilmu dan Softskill

Tiada kata terlambat untuk selalu belajar dan meningkatkan softskill. Zaman akan terus berkembang dan berubah. Siapa yang tak mampu mengikuti perkembangan zaman akan tenggelam dalam ketidaktahuan. Senada dengan quotes terkenal milik Imam As-Syafi'i, yaitu:

"Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan."

Maka, jangan lelah untuk selalu belajar, upgrade ilmu, dan softskill agar jadi perempuan cerdas seperti Najwa Shihab. Terlebih untuk ibu rumah tangga. Daripada kesal mendengarkan komentar tetangga, sibukkan diri dengan belajar, belajar, dan belajar.

5. Bentuk Support System yang Kuat Mulai dari Orang Terdekat dan Komunitas Seperti IIDN

Support system yang kuat merupakan hal wajib yang harus dimiliki oleh perempuan agar lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan di lingkungan sekitar. Selain orang terdekat, adanya komunitas perempuan seperti IIDN bisa jadi suatu wadah untuk mendukung pemberdayaan perempuan dalam bidang kepenulisan.


Menjadi Perempuan Berdaya Bersama IIDN, Siapa Takut!

Awalnya aku sedikit ragu apakah bisa seorang ibu rumah tangga sepertiku bisa berdaya dari rumah. Namun, komunitas IIDN seolah memberi pencerahan bahwa perempuan juga bisa berdaya dari rumah. Selain menjadi seorang istri yang taat pada suami dan ibu yang menyayangi anaknya, seorang perempuan juga butuh sebuah ruang untuk mengembangkan potensi diri.

Selamat ulang tahun yang ke 12 Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN)! Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku haturkan terima kasih sudah jadi komunitas yang menginspirasi, empowering, dan memacu anggotanya untuk selalu upgrade diri. Semoga makin sukses dan jadi komunitas "semeleh" yang membumi." (Ditulis dengan penuh cinta oleh Anggita Ramani)

Komunitas IIDN

Referensi

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3164/pemberdayaan-perempuan-kunci-keberhasilan-pembangunan-nasional

https://ibuibudoyannulis.com/profil/

https://www.kejarmimpi.id/terapkan-4-skala-kuadran-prioritas-ini-untuk-bisa-sukses-kejarmimpi.html

19 komentar

19 komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi
  • LiteraVy
    LiteraVy
    29 Juni 2022 pukul 10.17
    Masya Alloh... Besar sekali peran IIDN bagi ibu-ibu ya. Alhamdulillah dipertemukan dengan komunitas yang baik dan memberikan manfaat berlipat ganda. Tetap semangat menulis dan upgrade diri mbak.

    Quote Harper Lee is my fav quote btw. Bukunya juga hehe
    Reply
  • Ning!
    Ning!
    25 Juni 2022 pukul 10.06
    Yang paling disuka dari IIDN itu banyak ilmunya, jadi bisa belajar sekaligus praktek bareng teman-teman yang memiliki profesi dan minat yang sama. Sukses selalu ya Mba :)
    Reply
  • https://www.rumahami.com
    https://www.rumahami.com
    20 Juni 2022 pukul 10.28
    Aku juga pernah dikomentari hal yang sama Mbak. Pas resign juga aku sebelum nikah soalnya suamiku beda pulau. Alhamdulillah ayah ibu kami ga masalah. Yang panas malah orang luar🤭
    Reply
  • Warni
    Warni
    19 Juni 2022 pukul 13.19
    Waah jadi lebih tahu tentang IIDN, trimakasih infonya mba
    Reply
  • rosyida marfuah
    rosyida marfuah
    19 Juni 2022 pukul 04.26
    Bunda makasih ya, sudah menyuntikkan banyak semangat, lewat tulisan ini, bunda orangnya pinter banget bun, kelihatan dari tulisannya, thank you ya bun, untuk ilmunya ttg prioritas tadi, sampai aku screenshot, aku juga ibu rumah tangga, tapi kenapa ak gak sepowerfull ibuk ya,makasih ya buk, suntikan semangatnya
    Reply
  • lendyagassi
    lendyagassi
    18 Juni 2022 pukul 12.32
    Hebat banget, kak..
    Perjalanan dari menemukan dan kini menjadi bagian keluarga hebat di IIDN. Sangat menginspirasi dan tentunya akan sangat bagus sekali bila banyak wanita yang membacanya dan menjadi kuat dengan pilihan dalam hidupnya.
    Reply
  • Siska Dwyta
    Siska Dwyta
    18 Juni 2022 pukul 12.12
    Alhamdulillaah ya ada komunitas sepertj Ibu-Ibu Doyan Nulis yang bisa bantu kita para perempuan khususnya yang bekerja di ranah domestik untuk tetap berdaya dan berkarya daru rumah. Saya juga merasakan manfaatnya bergabung di IIDN. Senangnya di komunitas ini kita tidak hanya disupport buat nulis di blog rapi juga menelurkan karya buku
    Reply
  • JELAJAH MIA
    JELAJAH MIA
    18 Juni 2022 pukul 10.57
    IIDN memang membuat kita berdaya dirumah dan berasa punya banyak teman online
    Ga nyesel gabung IIDN
    Reply
  • Saraah Megha
    Saraah Megha
    18 Juni 2022 pukul 10.55
    sepakat dengan tulisan ini mbak, komunitas women support women yang nyaman
    Reply
  • Dee_Arif
    Dee_Arif
    18 Juni 2022 pukul 10.42
    IIDN emang terbaik ya mbak
    Membantu semua perempuan untuk cerdas, berdaya sekaligus berprestasi dari rumah
    Bangga menjadi bagian dari IIDN
    Reply
  • Dyah Kusuma
    Dyah Kusuma
    18 Juni 2022 pukul 10.39
    betul banget sepakat IIDN beranggotakan perempuan-perempuan keren yang berdaya
    Reply
  • Kata Nieke
    Kata Nieke
    18 Juni 2022 pukul 10.15
    Paling senang ikut IIDN itu bisa kenal teman baru dari berbagai daerah. Lalu makin semangat nulis soalnya ada teman yang juga ngeblog kayak begini. 😄
    Reply
  • ApiidaSokoomah
    ApiidaSokoomah
    18 Juni 2022 pukul 09.49
    Kalau perempuan aktif sebenarnya bisa jadi apa saja. Asalkan bahagia, ya Mbak. Melihat gaya tulisannya, memang enak untuk diresapi. Bersama IIDN memang sesuatu.
    Reply
  • KenniApril
    KenniApril
    17 Juni 2022 pukul 22.59
    Oh jadi namanya FOmo (fear of missing out) aku baru tahu mba. Aku mengalami nya juga. Beneran. Aku juga merasakan sedih karena kayak nggak dianggap bermakna. Tapi lewat nulis aku jadi punya pelarian positif.
    Reply
  • Julia Pasca
    Julia Pasca
    17 Juni 2022 pukul 21.06
    Habis baca tulisan Mbak aku pengin teriiiaaaaaaaaaaaaaaak! Peluk..peluk online ya, Mbak.

    Anyway kalau mbak mau jadi tumbuhan biar bermanfaat sini, sini biar aku yang siram setiap hari *eaaa. Ngakak so hard aku mbak habis baca tulisan diatas yang serius ee sampai situ aku ngakak donk ye.

    Sukses untuk proses buku solonya ya, Mbak.

    Senang bisa berkenalan dengan mbak dan tentu saja komunitas IIDN
    Reply
  • cucum.my.id
    cucum.my.id
    17 Juni 2022 pukul 08.27
    Iya banyak perempuan yang merasa kariernya selesai setelah menjadi ibu rumah tangga. Padahal ada banyak hal yang bisa dilakukan meski hanya dari rumah.

    Salah satunya karier di bidang kepenulisan yang salah satunya difasilitasi oleh IIDN.

    Sehingga, perempuan bisa tetap berdaya, baik dari sisi finansial maupun lainnya.
    Reply
  • Nurul bukanbocahbiasa
    Nurul bukanbocahbiasa
    17 Juni 2022 pukul 08.25
    Brrtenaga sekaliiii artikel.ini mbaa

    Memang betulll, IIDN adalah komunitas yg empowering bgt.

    Saya jg bersyukur bs join IIDn
    Reply
  • Yoga Yuliarti
    Yoga Yuliarti
    16 Juni 2022 pukul 20.53
    MasyaAllah menginspirasi sekali mbak... Sukses terus ya mbak bersama IIDN, Aamiin
    Reply
  • Audri K.
    Audri K.
    16 Juni 2022 pukul 02.38
    Masuk kedalam sebuah komunitas itu emang seru banget, selain bisa belajar dari orang-orang didalamnya juga bisa menambah ilmu atau wawasan baru untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi.

    Bahkan menariknya IIDN ini dalam memberdayakan anggotanya, menjadikan ibu yang tidak hanya dirumah aja tapi ibu yang bisa ikut ambil bagian dalam menerbitkan sebuah karya bersama atau sendiri dalam suatu moment tertentu, jadi gak cuma bergabung aja tapi bisa juga ikut berkarya yang menghasilkan sesuatu yang bisa dinikmati juga oleh orang lain seperti buku, tulisan, webinar dan lain sebagainya.Top Deh!
    Reply