Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Kompetisi Blog Cagar Budaya Indonesia "Rawat atau Musnah"

IDE UNIK REVITALISASI CAGAR BUDAYA INDONESIA DI KAWASAN KOTA TUA SURABAYA




Masih teringat jelas di dalam ingatan warga Surabaya bagaimana salah satu bangunan cagar budaya dengan nilai historis yang tinggi, musnah begitu saja hingga rata dengan tanah. Rumah radio Bung Tomo, sebutan bangunan cagar budaya tersebut, tentunya sangat berharga di mata arek Suroboyo. Terutama ketika berbicara tentang "Peristiwa 10 November 1945".Bangunan ini merupakan saksi bangkitnya semangat arek Suroboyo dalam pekik suara membara sang legendaris, Bung Tomo

CAGAR BUDAYA YANG MUSNAH

Aktivitas Bung Tomo di RPPRI (sumber : www.historia.id)
Rumah yang berada di jalan Mawar no. 10-12 itu, dulunya merupakan tempat studio Pemancar Radio Barisan Pemberontak Republik Indonesia (RPPRI) Bung Tomo.Melalui tempat ini pula, seorang warga negara Amerika, Miss Deventary atau lebih dikenal dengan nama Bali Ktut Tantri bisa menyampaikan pidato dukungannya terhadap perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia hingga bisa dikenal, serta diakui di luar negeri.

Rumah Radio Bung Tomo (sumber : www.liputan6.com)
Namun, sungguh disesalkan pada tanggal 3 Mei 2016, bangunan cagar budaya ini sudah rata dengan tanah. Tak hanya luput dari pengawasan Pemkot Surabaya, pembongkaran bangunan tersebut luput dari pengawasan lurah, camat, Satpol PP, dan dinas pariwisata. Padahal jelas sekali bahwa rumah radio Bung Tomo tersebut sudah termasuk Benda Cagar Budaya sesuai SK Wali Kota Surabaya No : 188.45/251/402.1.04/1996.

Cagar Budaya Rumah Radio Bung Tomo rata dengan tanah (sumber : www.merdeka.com)
Lalu, kenapa pembongkaran itu bisa terjadi dengan mulus? Bahkan mulai dari tingkatan lurah, camat, Satpol PP, Dinas Pariwisata, Tim Cagar Budaya dan Pemkot Surabaya baru mengetahui kejadian ini setelah bangunan itu musnah.

Hal ini menunjukkan bahwa tak hanya para pemangku jabatan atau Tim Cagar Budaya saja yang berperan aktif dalam menjaga kelestarian cagar budaya, tetapi peran aktif warga Surabaya juga amat sangat dibutuhkan. Kejadian ini menjadi bukti valid tentang pentingnya edukasi serta sosialisasi tentang berbagai bangunan cagar budaya serta upaya pelestariannya.

UPAYA REVITALISASI CAGAR BUDAYA OLEH PEMERINTAH

WISATA URBAN HERITAGE WALK (KAWASAN "KOTA TUA" SURABAYA UTARA)

Kawasan Surabaya Utara sering dianggap sebagai kota tua. Bagaimana tidak, kawasan ini memiliki sejarah kuat tentang perkembangan kota Surabaya. Kawasan yang mencakup jalan Panggung-Karet-Gula-Kopi-Coklat-Kembang Jepun, dulunya merupakan perniagaan yang dilengkapi dengan kantor dagang pada masa kolonial Belanda. Bangunan tua yang sebagian besar menjadi cagar budaya masih memperlihatkan sisa kemegahan, hanya saja tampilan muka bangunan kurang terawat.

Berbekal beberapa hal tersebut, pemerintah Kota Surabaya berupaya melakukan revitalisasi di kawasan tersebut, dimulai dari jalan Panggung. Upaya tersebut dimulai dengan pewarnaan kembali bangunan di jalan Panggung. Namun, entah terjadi salah komunikasi atau sesuatu, bangunan dengan gaya vintage di jalan Panggung malah dicat ulang dengan warna-warni, lebih mirip kampung warna-warni daripada urban heritage.
Pewarnaan jalan Panggung (sumber : ig @raffirizkiillahi)
Kontan hal tersebut mendapatkan banyak reaksi keras dari pegiat sejarah yang ada di Surabaya. Selain karena masalah penggunaan warna yang mencolok, hal tersebut dianggap merusak estetika bangunan dengan gaya kolonial Belanda. Protes pun berlanjut dengan dialog antar pegiat sejarah dan pemerintah Kota agar tak melakukan pewarnaan mencolok terhadap jalan Karet-Gula-Kopi-Coklat-Kembang Jepun. Lebih baik dilakukan pewarnaan ulang menurut warna asli bangunan, sehingga warnanya lebih tajam dan tidak merusak estetika kemegahan zaman dahulu.

Hasil pewarnaan jalan Panggung yang dianggap menghilangkan esensi gaya bangunan (sumber : ig @raffirizkiilllahi)
Selain pewarnaan ulang bangunan, pemerintah juga berencana untuk merapikan kawasan jalan Karet untuk mendukung usaha milik warga dan menghidupkan kembali romantika kawasan perniagaan seperti zaman kolonial Belanda. Beberapa cara yang digunakan seperti membangun pedestrian, membenahi jalan, memberikan lahan bongkar muat, serta menambahkan tempat kuliner dan souvenir.

Besarnya potensi di kawasan urban heritage walk ini menyebabkan pemerintah Surabaya gencar melakukan revitalisasi untuk menunjang pelestarian bangunan cagar budaya yang berada di kawasan tersebut. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat sekitar dalam sosialisasi kawasan cagar budaya. Ditambah lagi dengan pengoptimalan bangunan cagar budaya agar menghasilkan kesan kuat destinasi wisata baru sekaligus gerakan pelestarian cagar budaya agar tidak musnah.

IDE UNIK REVITALISASI CAGAR BUDAYA DI SURABAYA

PENGOPTIMALAN BANGUNAN DI KAWASAN URBAN HERITAGE WALK :

A. SPOT FOTO INSTAGRAMABLE SESUAI TEMA BANGUNAN

Tak dapat dipungkiri, di era kecanggihan informasi seperti saat ini, tren upload  foto instagramable di media sosial  merupakan cara paling ampuh dan mudah publikasikan cagar budaya. Ditambah lagi dengan semakin banyak komunitas penggemar fotografi, menyebabkan daya sebar suatu informasi mengenai lokasi, tempat wisata, bahkan cagar budaya menjadi berkali-kali lipat lebih cepat.

Sebagai contoh, hotel Majapahit merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang masih terawat dengan baik. Maklum saja, bangunan yang sejak jaman kolonial Belanda sudah merupakan hotel, mendapatkan perawatan ekstra dari pelaku bisnis. Di dalam hotel Majapahit, banyak sekali spot foto instagramable yang sering dijadikan latar foto oleh para pengunjung. Beberapa ornamen khas di zaman kolonial Belanda masih dipertahankan, sehingga memberikan kesan klasik yang unik di tengah modernisasi.

Beberapa spot foto instagramable bergaya klasik di hotel Majapahit (sumber : dokumentasi pribadi)
Contoh lain inspirasi tempat bernuansa klasik dengan beberapa barang zaman dahulu yang masih dipertahankan sebagai pajangan adalah hotel Kookon. Hanya saja, hotel ini belum terdaftar sebagai bangunan cagar budaya. Namun, konsep dekorasi interior gaya klasiknya bisa ditiru untuk inspirasi.

Interior klasik ala hotel Kookon (sumber : dokumentasi pribadi)
Sekarang, mari kita coba perhatikan beberapa bangunan cagar budaya bergaya eropa yang ada di jalan Karet. Sebenarnya bangunan tersebut masih bagus dengan sisa kemegahan gaya eropa. Hanya saja, perlu dilakukan revitalisasi seperti pengecatan ulang atau penataan ulang agar bisa menjadi spot foto instagramable bergaya klasik nan unik.


Bangunan Cagar Budaya (BCB) di jalan Karet yang berpotensi jadi spot foto (sumber : dokumentasi pribadi)

B. KAFE-MUSEUM (KASEUM) SEBAGAI PELUANG USAHA PEMILIK BANGUNAN

Salah satu tantangan terbesar dalam revitalisasi cagar budaya adalah mendapatkan izin dari pemilik bangunan. Para pemangku jabatan yang memiliki misi untuk revitalisasi bangunan cagar budaya, harus memiliki banyak ide untuk "membujuk" pemilik bangunan agar mau bekerja sama. Keluar sebentar dari Surabaya, anda akan saya ajak untuk melihat beberapa kafe unik yang berada di bangunan cagar budaya ketika plesir ke Bandung. Bagi pembaca yang pernah mampir ke jalan Braga, tentunya sedikit paham bangunan mana yang saya maksud.

Bangunan cagar budaya bekas bioskop pertama di Bandung ini sekarang digunakan sebagai kafe. Saya belum sempat masuk ke dalam, hanya saja langsung tertarik dengan proyektor bioskop zaman dahulu yang dipajang di pintu depan kafe. Ide ini tergolong unik, menarik dan seperti peribahasa sekali dayung, dua tiga pulau terlewati". Selain memberikan informasi bahwa gedung ini merupakan bangunan cagar budaya, pengunjung dpaat sedikit memanjakan diri dengan kafe yang ada di bagian luar gedung.
Bangunan Cagar Budaya di Bandung yang dimanfaatkan sebagai kafe (sumber : dokumentasi pribadi)
Kalau Bandung bisa, Surabaya juga bisa dong. Di Surabaya sendiri sudah ada contoh kafe sekaligus museum, yaitu di Museum House of Sampoerna. Berbekal percontohan dari Bandung serta Museum House of Sampoerna, maka kawasan urban heritage walk di Surabaya Utara sangat bisa dijadikan referensi ide untuk alternatif revitalisasi. Terlebih lagi, dominasi gaya klasik eropa dan gaya etnis tionghoa yang unik menjadi poin penting kelebihan bangunan di sekitar area urban heritage walk. Adanya kafe-museum (kaseum) ini memungkinkan untuk menarik partisipasi masyarakat umum untuk turut serta dalam kampanye pelestaran cagar budaya secara tidak langsung.

***

Nah, kira-kira seperti itu ide unik yang bisa diterapkan untuk pelestarian cagar budaya Indonesia, khususnya di kota Surabaya. Kira-kira bagaimana potensi daerahmu dan ide-ide unik untuk pelestarian cagar budaya Indonesia?


Yuk ikut Kompetisi “Blog Cagar Budaya Indonesia:  Rawat atau Musnah!” dan tunjukkan kreatifitasmu sebagai generasi muda.

Referensi pendukung : 

  1. Dokumentasi dan wawancara pribadi
  2. https://www.liputan6.com/regional/read/2648020/surabaya-kehilangan-bentuk-rumah-perjuangan-bung-tomo
  3. https://historia.id/politik/articles/riwayat-radio-pemberontakan-bung-tomo-DAl8X
  4. https://surabayastory.com/2018/12/27/menata-romantika-jalan-panggung-heritage-walk-surabaya/  
***

Artikel ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog Cagar Budaya Indonesia bertema  "Rawat atau Musnah". Seluruh sumber gambar yang ditampilkan dalam artikel ini telah dicantumkan masing-masing pada gambar. Olah grafis dilakukan secara mandiri oleh penulis.

6 komentar

6 komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi
  • Alvie
    Alvie
    20 Mei 2020 pukul 00.45
    Idenya bagus, semoga bisa diaplikasikan oleh pihak yang terkait.

    Semoga daerah-daerah lainnya juga bisa mencontah bagaimana Bandung merevitalisasi bangunan-bangunan tuanya.
    • Alvie
      ANGGITA RAMANI
      30 Juli 2020 pukul 12.21
      Iya kak bener, biar ga hilang dan rusak :)
    Reply
  • Tsm Essen Melon
    Tsm Essen Melon
    21 Desember 2019 pukul 09.37
    Terimakasih sudah berbagi infonya, semoga sukses selalu,.
    • Tsm Essen Melon
      ANGGITA RAMANI
      30 Juli 2020 pukul 12.20
      Sama2 :D
    Reply
  • Fira Anggaraini
    Fira Anggaraini
    24 November 2019 pukul 10.09
    Makasih kak. membantu tugas sekolah ku.
    • Fira Anggaraini
      ANGGITA RAMANI
      27 November 2019 pukul 06.34
      Sama2 kak. Jangan lupa cantumkan sumber ya kak :D
    Reply